Himpunan Gambut Indonesia (HGI) semakin fokus mengelola lahan gambut secara berkelanjutan. Hal itu tercermin dari rencana digelarnya Kongres Nasional HGI Ke-7 dan Seminar Nasional/Internasional dengan tema 'Restorasi, Konservasi, dan Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan'. Kongres dan seminar tersebut direncanakan berlangsung pada Rabu sampai Jumat, 26-28 Oktober mendatang di Bogor dengan menghadirkan 300 peserta yang terdiri dari para pakar, peneliti, ilmuwan nasional dan internasional.
Dedi Nusyamsi, Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian mengatakan, lahan gambut merupakan tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik hewan dan tumbuhan. Biasanya terbentuk di lahan rawa yang berada dekat laut. Pada musim kemarau air muka tanah gambut bisa turun hingga dua meter. Penurunan itu menyebabkan bagian atas kering dan mudah terbakar.
“Seperti pada Elnino beberapa waktu lalu yang akhirnya menyebabkan kebakaran gambut,” ujar Dedi seusai audiensi dengan Walikota Bogor, Selasa (14/6) kemarin di Balaikota. Oleh karena itu menurutnya, pengelolaan lahan gambut harus dilakukan secara berkelanjutan. Pasalnya, saat ini lahan gambut banyak yang terdegradasi atau mengalami penurunan tingkat kesuburan. “Lahan gambut yang terbakar harus difungsikan kembali atau istilahnya direstorasi agar gambut bisa memegang air lagi melalui sistem Tabat (Kanal Block),” paparnya. .
Lahan gambut di Indonesia mencapai luas 14,91 juta hektar dan tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua dan sebagian Sulawesi. Lahan seluas itu dapat digunakan sebagai hutan alami, konservasi dan pertanian. “Produktifitas pertanian di lahan gambut pun bagus tetapi mengelolanya harus hati-hati karena gampang terbakar dan terjadi degradasi,” tutur Dedi.
Pada Kongres dan Seminar yang rencananya menghadirkan ilmuwan dan pakar gambut dari Jepang Prof. Dr. Mitsuru Osaki dan Dr. Meine Van Noordwijk dari Belanda, diharapkan para peserta dapat memperoleh berbagai ilmu dan pengalaman baru terkait pengelolaan gambut yang baik. Apalagi lahan gambut di Jepang sangat dijaga, hutannya tetap lestari bahkan dijadikan obyek wisata dan riset. Dedi berharap dari kegiatan ini dapat keluar rekomendasi untuk pemerintah tentang bagaimana mengelola gambut secara arif dan bijaksana baik dari aspek lingkungan dan sisi peningkatan ekonomi. (fla/agus-Mor)