Pin It

20240112 BMKG Dorong Penguatan Tata Kelola Penanganan Bencana Alam

Foto: Gempa Cianjur (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pras)

 

Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mendorong Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi dan praktisi kebencanaan memperkuat pengelolaan ilmu pengetahuan bencana alam di Indonesia.

Menurutnya, pengelolaan ilmu pengetahuan yang tepat, akan membawa dampak yang besar bagi penguatan sistem peringatan dini bencana di Indonesia. Hal ini akan semakin meminimalisir dampak kerugian dan mempercepat terwujudnya zero victim.

"Saya berharap pengelolaan ilmu pengetahuan ini dapat disinergikan dan semakin kuat. Berbeda pandangan dan analisis itu wajar, berbeda itu adalah kekayaan, namun bagaimana perbedaan itu bisa saling melengkapi angle pemahaman yang lebih komprehensif," ungkap Dwikorita dalam keterangannya, Jumat (12/1/2024).

Ia meyakini, bahwa pengelolaan ilmu pengetahuan di Indonesia sangat kuat lantaran arena atau medan yang dihadapi cukup kompleks dan luas. Pengetahuan secara scientist ini, kata dia, jika disinergikan dengan pengetahuan lokal akan semakin memperkuat sistem peringatan dini yang dimiliki Indonesia.

"Saya yakin baik BRIN, Badan Geologi, ITB, UI, ITS, UGM bersama BMKG memiliki banyak sekali pengetahuan, jika ini disinergikan bersama, maka sebuah peristiwa bencana dapat kita lihat secara multi-angle dan bisa saling memperkuat dan melengkapi," imbuhnya.

Penguatan pengelolaan ilmu pengetahuan ini pula, lanjut Dwikorita, yang menjadi alasan pembentukan konsorsium Gempabumi dan Tsunami Indonesia (KGTI) pada 2022 lalu. Konsorsium ini berisi para pakar dan peneliti gempabumi dan tsunami dari berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Perguruan Tinggi, dan praktisi kebencanaan.

Kehadiran KGTI ini, tambahnya bertujuan semakin meningkatkan kemandirian bangsa untuk penguatan operasional Sistem Peringatan Dini Tsunami. Adapun KGTI sendiri dibagi dalam tiga kelompok kerja yaitu, pertama kelompok kerja gempabumi. Kedua, kelompok kerja tsunami. Dan ketiga, kelompok kerja evaluasi dan pengembangan/penguatan sistem monitoring, analisis, dan diseminasi gempabumi dan tsunami.

"Pelibatan ahli, pakar, dan peneliti dari berbagai institusi dan perguruan tinggi tentunya akan semakin memperkuat BMKG, terutama terkait dengan kajian dan analisis yang dihasilkan," tuturnya.

Dwikorita berharap, beragam pengetahuan yang dihasilkan dari berbagai lembaga maupun peneliti dan akademisi dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah, utamanya untuk penyempurnaan dalam perencanaan, serta dalam penguatan literasi kebencanaan masyarakat dan aksi mitigasi.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Nasional BMKG, Daryono mengungkapkan bahwa gempabumi Sumedang memberi Indonesia sejumlah pelajaran penting. Diantaranya, pertama, pentingnya mitigasi konkrit dengan mewujudkan bangunan dengan struktur kuat dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang aman, berbasis risiko gempabumi.

Kedua, mitigasi gempabumi juga sangat penting meski di wilayah dengan aktivitas kegempaan rendah. Ketiga, Gempa Sumedang memberi pesan agar tidak mengabaikan setiap gempa kerak dangkal, meskipun magnitudonya kecil. Dan, keempat gempabumi Sumedang memberi pesan akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana gempabumi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. (*)