Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif (berdiri), dalam Ministrial Roundtable Meeting World Energy Congress (WEC) di Rotterdam, Belanda, Rabu (24/4/2024). Foto: esdm.go.id
Jakarta, InfoPublik - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mendukung upaya global untuk mempercepat transisi energi.
Hal tersebut dibuktikan dengan target Enhanced Nationally Determined Contribution (e-NDC) atau Dokumen Komitmen Kontribusi Aksi Iklim yang telah disampaikan Indonesia kepada dunia internasional pada 2022.
"Dalam dokumen tersebut, Indonesia meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca menjadi 32 persen, dari sebelumnya 29 persen dengan upaya sendiri, dan 43 persen melalui bantuan internasional, dari yang sebelumnya 41 persen," ujar Arifin dalam Ministrial Roundtable Meeting World Energy Congress (WEC) di Rotterdam, Belanda, Rabu (24/4/2024).
Seperti dilansir laman Kementerian ESDM, Kamis (25/4/2024), Pemerintah Indonesia saat ini tengah menyusun target yang lebih ambisius dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, yang nantinya akan disampaikan ke dunia internasional dengan dituangkan ke dalam dokumen NDC kedua.
Untuk mencapai target tersebut, Arifin menekankan bahwa diperlukan kesiapan dan ketersediaan sumber daya mineral kritis.
Arifin menyebutkan, bahwa mineral kritis sangat diperlukan karena merupakan bahan dasar untuk elemen dalam teknologi bersih, seperti untuk panel surya dan lainnya.
"Hal itu sejalan dengan usaha pemerintah Indonesia untuk mengurangi penggunaan sumber bahan bakar fosil dan meningkatkan pemanfaatan sumber energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT),"katanya.
Upaya lain yang dilakukan Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi, tambah Arifin, adalah dengan mendorong pergeseran pemanfaatan mobil listrik untuk menggantikan mobil berbasis energi fosil, dengan menawarkan kemudahan kepemilikan dengan insentif yang menarik.
"Di sektor industri, inovasi untuk mengganti boiler konvensional dengan boiler listrik dan teknologi pompa panas dapat meningkatkan efisiensi energi sebesar 75 - 95 persen dan mengurangi emisi sebesar 20 - 60 persen. Juga mengintensifkan teknologi penangkapan dan penyimpanan CO2 dalam produksi hidrogen untuk industri baja dan petrokimia," katanya.
Meski demikian, Arifin menyebut bahwa semua hal tersebut harus membutuhkan kolaborasi yang sangat luas, tidak hanya dengan seluruh stakeholder di dalam negeri, namun juga membutuhkan kolaborasi antar negara untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.
"Kolaborasi tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip perdagangan dan investasi, tetapi juga mempertimbangkan keuntungan antar pihak, dengan peningkatan industri lokal, konten lokal, penciptaan lapangan kerja, dan interkonektivitas regional serta pendanaan," kata Arifin.
Untuk diketahui, Pertemuan the 26th World Energy Congress diselenggarakan pada 22-25 April 2024, oleh World Energy Council bersama dengan Ministry of Economic Affairs and Climate Policy Pemerintah Belanda, dengan mengambil tema 'Redesigning Energy for People and Planet'.
Kongres itu merupakan pertemuan energi global yang akan menghadirkan lebih dari 200 pembicara C-suite dan dan kurang lebih 70 Menteri, serta lebih dari 7000 pemangku kepentingan di energi internasional guna memungkinkan dialog antar pemerintah tingkat tertinggi dan menyatukan dunia usaha dan komunitas untuk mewujudkan transisi energi yang lebih cepat, adil, dan terjangkau luas. (*)