Jakarta, InfoPublik - Pengembangan destinasi pariwisata yang berstandar internasional dan berwawasan lingkungan, menjadi target sejumlah program pembangunan di sejumlah Destinasi Super Prioritas (DPSP) yang dimulai sejak 2015 silam.
Ada lima DPSP dicanangkan yang ditarget selesai pada 2024 dengan total anggaran pemerintah sebesar Rp18,9 triliun. Kelima DPSP itu adalah Danau Toba di Sumatra Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, dan Likupang di Sulawesi Utara yang ditambahkan dalam daftar pada 2019.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang mendapat tanggung jawab mendukung pembangunan fisik program tersebut, mengerjakan proyek itu secara terintegrasi dengan tetap melakukan evaluasi berkala. Pada 2020-2023 total kegiatan pembangunan yang telah dilakukan Kementerian PUPR mencapai 328 paket kegiatan atau sebesar Rp9,013 triliun dengan rincian dukungan pengembangan DPSP Labuan Bajo total sebesar Rp1,7 triliun, DPSP Danau Toba sebesar Rp1,4 triliun, DPSP Borobudur sebesar Rp1,8 triliun, DPSP Mandalika Rp1,5 triliun, serta Likupang sebesar Rp755 miliar.
Saat ini, demikian keterangan tertulis Kementerian PUPR, Minggu (1/1/2023), telah menyelesaikan Penataan Kawasan Pantai Malalayang dan Ecotourism Village Bunaken. Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penataan dua kawasan wisata tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan destinasi pariwisata yang berstandar internasional dan berwawasan lingkungan di Kota Manado.
"Penataan dua kawasan itu untuk memberikan pelayanan yang baik bagi para pengunjung yang datang," kata Menteri Basuki.
Penataan Kawasan Pantai Malalayang dilaksanakan dengan anggaran APBN Tahun Jamak 2020-2022 sebesar Rp65,48 miliar. Pembangunannya dilaksanakan di atas lahan seluas 18.500 m2.
Ruang lingkup pembangunannya meliputi Pedestrian (Public Beach Promenade) sepanjang 1,2 km untuk mempercantik wajah Kota Manado yang menghadap ke pantai. Selain itu terdapat Menara Pandang, Bangunan Warung Apung, Panggung Budaya, Warung Minum, Pier Salib, Dermaga Jetski serta Jalan Penghubung.
Pengembangan desain landmark eksisting pada Tugu Bobocha dan Pier Salib dilakukan untuk mendukung keindahan promenade dengan mengadaptasi kearifan lokal dari bentuk ikan raja laut. Area pedestrian yang sebelumya minim pencahayaan, kini tampak cantik dengan penataan cahaya yang apik
Selanjutnya untuk penataan Bunaken, juga telah dilaksanakan sejak 2020 hingga tahun 2022 dengan nilai kontrak Rp28,78 miliar. Pembangunannya dilaksanakan di atas lahan seluas 19.000 m2, kedua penataan kawasan tersebut dilaksanakan dalam satu paket oleh kontraktor PT Nindya Karya.
Pulau Bunaken memiliki peran strategis dalam aktifitas wisata sebagai entrance bagi para wisatawan yang akan menuju kawasan perairan/ pulau-pulau. Oleh karenanya menjadi penting untuk melakukan penataan di Pulau Bunaken untuk menciptakan kawasan yang representatif dan memiliki kualitas lingkungan dan pelayanan yang baik bagi para wisatawan.
Penataan Kawasan Bunaken meliputi pembangunan Dermaga baru, Jalan Lingkungan, Gerbang Penanda, Street Furniture, serta Panggung Budaya yang dapat digunakan masyarakat setempat untuk melakukan berbagai kegiatan. Pembangunannya mengusung konsep Ecotourism Village agar nuansa perdesaan tetap terjaga, salah satunya dengan memberdayakan rumah warga setempat menjadi homestay dengan mempertahankan arsitektur khas Minahasa.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Utara Kementerian PUPR Komang Raka Maharthana mengatakan, pembangunan di kawasan pantai Bunaken dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. "Semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan petunjuk lapangan dari Badan Perlindungan Taman Nasional Bunaken, demi meminimalkan kerusakan terumbu karang dan biota di kawasan konservasi," kata Komang.
Akhirnya, membenahi Pantai Malalayang dan Bunaken artinya membenahi bentang alam dan perdesaan yang masih alami, namun tetap menjaga adat budaya warisan leluhur. Sehingga wisatawan yang datang akan memperoleh kesan dan pengalaman yang lengkap yang tak sebatas keindahan alam tapi juga seni dan budaya yang khas Minahasa. (*)
Foto: salah satu sudut pemandangan di Ecotourism Village Bunaken (Dok. Kementerian PUPR)