Pin It

Dedi mizwar

 

KOTA BANDUNG - Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan potensi bencana tertinggi di Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dari pemerintah untuk mengurangi dampak resiko yang bisa ditimbulkan dari bencana melalui perencanaan, keterpaduan, dan koordinasi secara menyeluruh dari seluruh aparat pemerintah serta peran serta masyarakat.
 
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dalam Rapat Koordinasi (Rakor) dan Pelatihan Search and Rescue (SAR) se-Jawa Barat yang digelar oleh Kantor SAR Bandung di Hotel Grandia, Jl. Cihampelas No. 80, Kota Bandung, Kamis (25/8/16). Dia mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berkomitmen untuk memprioritaskan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) melalui upaya meminimalisir resiko bencana pada tahapan prabencana, saat bencana, sampai dengan tahap pascabencana.
 
"Pemerintah telah berkomitmen untuk memprioritaskan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) melalui upaya meminimalisir dampak resiko yang ditimbulkan untuk dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, yakni pada tahap prabencana, saat bencana, sampai dengan tahap pasca bencana," ujar Wagub dalam rakor tersebut.
 
Lebih lanjut dia juga menjelaskan bahwa hal tersebut penting, mengingat secara geografis, geologis, hidrologis, dan klimatologis karakter wilayah Jawa Barat yang rawan terhadap bencana. Karakteristik wilayah Jawa Barat diantaranya wilayah utara merupakan daerah dataran rendah, wilayah tengah dan selatan merupakan dataran pegunungan yang memanjang dari barat ke arah timur, kemudian wilayah Jawa Barat juga berada di atas lempengan bumi yang memanjang dari Pulau Sumatera hingga pulau Jawa, sehingga Jawa Barat secara ilmiah diprediksi dan sangat mungkin menjadi daerah yang rawan dengan bencana.
 
Selain itu, secara faktual Jawa Barat juga memiliki tujuh Gunung Api aktif, 40 Daerah Aliran Sungai, serta wilayah selatan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi gempa dan tsunami, longsor, banjir, serta angin puting beliung.
 
Untuk itu, Wagub pun berharap melalui momentum Rakor dan Pelatihan SAR tersebut bisa menumbuhkan budaya SAR kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat bisa memahami dan mengerti serta bisa berperan aktif sebagai potensi SAR dalam membantu operasional SAR, memperkuat strategi maupun pelaksanaan untuk meminimalisir terjadinya bencana di Jawa Barat, termasuk di dalamnya upaya pencegahan dan pengurangan resiko dampak bencana di wilayah Jawa Barat.
 
Senada dengan Wagub, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F. H. B. Soelistyo pun mengharapkan melalui Rakor tersebut para peserta bisa menjadi embrio untuk mensosialisasikan pentingnya SAR dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana. Selain itu, ego sektoral juga mesti dikesampingkan dalam menghadapi masalah kebencanaan, karena menurut Soelistyo kebersamaan atau kekuatan gotong royong bisa meningkatkan rasa kemanusiaan serta koordinasi dengan bebagai pihak dalam menghadapi potensi regional bencana.
 
"Kunci sukes kita bisa menghadapi potensi atau peluang musibah atau bencana yang tadi dikatakan oleh Pak Wagub adalah sebenarnya hanya satu, yaitu rasa keikhlasan kita untuk bersama-sama kita turun melakukan kegiatan-kegiatan kebencanaan dengan tulus tanpa kepentingan yang lain termasuk dalam kegiatan kemanusiaan," papar Soelistyo. (Humas Jabar)