BANDUNG – Fenomena arus urbanisasi pasca lebaran yang masih terjadi di kota-kota besar menjadi catatan penting bagi pemerintah, tak terkecuali Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Masyarakat saat ini masih beranggapan bahwa hidup di kota lebih menjanjikan dari pada hanya bertani di desa.
Namun anggapan itu perlahan akan sirna karena Pemprov Jabar beberapa tahun terakhir ini telah berupaya membangun Desa agar dapat menekan arus urbanisasi. Program pembangunan Desa yang dilakukan Pemprov Jabar seperti Desa Peradaban, Gubernur Ngamumule Lembur dan program-program desa lainnya dibuat supaya kesejahteraan masyarakat di Desa meningkat. Dana bantuan sekitar total Rp. 300 Juta dari Pemprov dan Kabupaten/ Kota pun terus dikucurkan setiap bulannya kepada 5.319 Desa di seluruh Jawa Barat dari semenjak tahun 2015. Itu pun belum termasuk bantuan dari Pusat yang nilainya jauh lebih besar.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, pasca lebaran tahun 2016 ini pihaknya akan terus meyakinkan masyarakat di desa bahwa kehidupan di desa-desa juga tidak kalah menarik. Dia meminta kepada masyarakat untuk terus mengembangkan diri secara ekonomi di desanya masing-masing, sebab hidup di kota pun belum tentu berhasil apalagi dengan bekal pendidikan yang rendah.
“Kita terus yakinkan masyarakat hidup di desa pun bisa sejahtera bila mau mengembangkan potensi diri secara ekonomi, kita pun terus bantu dengan dana desa tiap bulannya bahkan dana desa sekarang lebih besar dari pada kecamatan” ujarnya.
Oleh karena itu dia meminta agar hal itu dijadikan momentum untuk mendorong desa supaya terjadi pembangunan agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Dengan demikian tidak perlu adanya urbanisasi dari desa ke kota.
“Dengan memajukan desa otomatis kemiskinan akan berkurang tentu ini mempengaruhi fenomena urbanisasi yang sering tejadi pasca lebaran,” katanya.
Berbeda halnya dengan urbanisasi pelajar atau mahasiswa ke kota yang memang tidak bisa dihindari. Ini karena di desa belum ada sekolah atau universitas yang memadai. “Saya juga korban urbanisasi karena di desa belum ada universitas tapi urbanisasi untuk sekolah tentu boleh tapi setelah lulus kembalilah ke desa bangun desanya lewat ilmu yang didapat,” tutup Aher. (HUMAS JABAR)