JAKARTA – Pembangunan yang belum merata khususnya di bagian Timur Indonesia menjadi alasan seorang aparatur sipil negara (ASN) Sefnat Mirino untuk mengikis kesenjangan tersebut. Berbagai upaya dilakukan agar tempatnya mengabdi sebagai Kepala Distrik Swandiwe Kabupaten Biak Numfor Papua mendapatkan perhatian dari negara.
Berangkat dari 9 program Nawa Cita Presiden Joko Widodo, ia berkomitmen mewujudkan program-program tersebut, terutama pada Nawa Cita nomor 3 yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan, kemudian nomor 5 meningkatkan kualitas manusia Indonesia dengan cara program Indonesia Pintar melalui wajib belajar 12 tahun tanpa dimintai pungutan biaya, dan nomor 9 memperkuat kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Mirino mengatakan terdapat dua hal yang menjadi fokusnya sebagai generasi yang ada di Kabupaten Biak Numfor yaitu pembentukan cara pandang, cara berfikir tentang falsafah atau ideologi bangsa Pancasila, dimana hal tersebut diimplementasikan dalam kegiatan kegiatan nyata. Hal kedua adalah memberikan kegiatan dalam bentuk bela negara, dengan judul Papua Rasa Indonesia, Indonesia Rasa Papua. Kegiatan telah dilakukan bersama-sama dengan masyarakat yang ada di pinggiran, di daerah perbatasan, khususnya Distrik Swandiwe yang merupakan Distrik terjauh dari Kabupaten Biak Numfor.
“Dengan adanya kegiatan ini masyarakat Kabupaten Biak Numfor khususnya daerah pinggiran yang belum pernah tersentuh, merasa bahwa negara hadir dan negara sedang melindungi, hal itu yang sedang dirasakan masyarakat Kabupaten Biak Numfor saat ini,” ujarnya saat mengikuti proses Wawancara Anugerah ASN Tahun 2020 secara daring beberapa waktu lalu.
Pria yang masuk nominasi 10 Terbaik PNS Inspiratif dalam Anugerah ASN 2020 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) ini menyampaikan jika kegiatan Papua Rasa Indonesia dan Indonesia Rasa Papua yang digulirkan memberikan gambaran kepada masyarakat di Distrik Swandiwe bahwa selama ini seluruh kesempatan pendidikan, teknologi, jabatan, dan kedudukan telah diberikan oleh negara ini kepada masyarakat Papua. Toleransi beragama juga ditunjukkan dengan mengajak para pemuda membersihkan rumah ibadah saat Ramadan. Terdapat 24 masjid dan 3 musala yang dibersihkan. Ia beranggapan bahwa menghargai setiap perbedaan merupakan hal yang penting, meski berbeda agama namun tetap ‘Bhineka Tunggal Ika’.
Selain itu dirinya juga menjadi penggerak untuk membersihkan trotoar dan jalan dari lumuran ludah pinang yang sudah menjadi kebiasaan dan keseharian masyarakat Papua. Larangan untuk masyarakat Distrik Swandiwe untuk tidak membuang ludah pinang di sembarang tempat juga telah diberlakukan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kebersihan serta menghormati umat muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa.
Untuk mengurangi sampah pinang, ia mendaur ulang sampah plastik dari botol yang digunakan sebagai tempat sisa dari pinang yang akan dibuang. Gagasan lain yang dilakukan adalah pembangunan rumah dari limbah kayu untuk rumah kaum lemah di tahun 2016 hingga tahun 2017.
Kehadiran negara di Kabupaten Biak Numfor juga dilakukannya dengan melibatkan TNI, Polri, dan stakeholder terkait dengan memberikan edukasi kebangsaan dan perhatian penuh kepada masyarakat yang ada di pinggiran, dengan cara mengumpulkan pakaian layak pakai oleh seluruh ASN. Kemudian bersama TNI dan Polri, Mirino membantu membersihkan sejumlah gereja. Hal tersebut dilakukan untuk meredam situasi di wilayah tersebut dan menjadi cara agar masyarakat merasakan negara hadir.
“Harapan saya semoga bangsa ini memberikan perhatian khusus kepada daerah-daerah pinggiran, agar masyarakat merasa negara telah hadir, ada di kampung-kampung dan tujuan dari UUD 1945 dan Pancasila menjadi tujuan akhir dari bangsa ini,” pungkasnya. (byu/HUMAS MENPANRB)