Pin It

20220209 Dorong Pembangunan Berbasis Teknologi Wapres Tekankan Pentingnya Peningkatan Mutu SDM

Wapres Ma’ruf Amin (Foto: BPMI Setpres)

 

Dalam abad teknologi informasi saat ini pilihan model pembangunan harus mengikuti gelombang perubahan teknologi agar bisa mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar pembangunan dapat terus berjalan dan tidak tertinggal.

“Pemerintah sangat menyadari pentingnya pembangunan berbasis teknologi, sehingga seluruh sumber daya, kebijakan, anggaran, dan pelaksanaan pembangunan dikerahkan untuk memastikan agar peningkatan mutu SDM terus terjadi,” ujar Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma’ruf Amin pada acara Indonesia Economic Outlook 2022 National Seminar, Senin (07/02/2022), secara virtual.

Wapres menegaskan bahwa secara umum upaya-upaya yang sudah dilakukan pemerintah akan terus dikembangkan.

“Peningkatan keterampilan digerakkan, salah satunya lewat Kartu Prakerja dan BLK Komunitas, penyediaan dana abadi riset, beasiswa mahasiswa di dalam dan luar negeri dinaikkan, juga pertukaran pelajar, fasilitas digitalisasi misalnya pembangunan serat optik, dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Di sisi lain, Wapres menyoroti masih kurangnya tenaga peneliti, khususnya di lingkungan institusi pendidikan dan riset yang menjadi jangkar ekonomi yang akan memimpin dan mendorong arah pembangunan ekonomi.

“Data UNESCO Institute for Statistics 2016-2018 menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lain. Jumlah peneliti setara penuh waktu per satu juta penduduk di Indonesia hanya sebanyak 216 pada tahun 2018, sedangkan Cina dan Rusia jumlah penelitinya masing-masing berurutan sebanyak 1.307 dan 2.784 per satu juta penduduk pada tahun 2018,” tuturnya.

Kondisi itulah, menurut Wapres merupakan penyebab jumlah paten di Indonesia hingga saat ini masih dinilai sedikit.

“Pada tahun 2020 jumlah paten di Indonesia hanya 1.309, sementara itu jumlah paten di Brasil pada tahun yang sama mencapai 5.280, India 23.141, Amerika Serikat 269.586, dan Tiongkok bahkan telah mencapai 1.344.817 aplikasi paten data dari World Intellectual Property Organization 2021,” ungkapnya.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan inovasi belum menjadi praktik keseharian dalam banyak lapangan kehidupan, sehingga Wapres menyebut perlu dilakukan intervensi terkait dengan domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan atau research and development.

“Salah satu yang wajib didorong ke depan adalah peningkatan pengeluaran domestik bruto untuk research and development/R&D (GERD) sebagai persentase dari PDB yang masih sangat rendah. Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics tahun 2018, GERD Indonesia hanya 0,23 persen pada 2018,” tegasnya.

Dalam acara yang mengangkat tema “Seizing the Opportunity: Transforming Indonesia’s Economy Amidst the Crisis” tersebut, Wapres menyampaikan pesan, khususnya kepada mahasiswa Universitas Indonesia (UI) sebagai peserta yang hadir pada acara tersebut.

Pertama, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa pencipta bukan pengekor. Kedua, sambung Wapres, inovasi menjadi satu-satunya kesempatan terbaik untuk memitigasi perubahan.

“Gunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai untuk menciptakan inovasi tiada henti,” ujarnya.

Selanjutnya yang ketiga, Wapres berpesan agar bekali kemampuan diri dengan kapasitas kewirausahaan.

“Kewirausahaan akan menjadi medium inovasi untuk membiakkan produk dan lapangan kerja. Itulah bahan bakar utama kesejahteraan,” tuturnya.

Menutup sambutannya, Wapres berpesan kepada para mahasiswa sebagai pemilik masa depan bangsa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki akhlak yang baik.

“Jangan lupa pula untuk terus membekali diri dengan akhlak yang mulia (akhlakul karimah) agar ilmu pengetahuan menjadi sumber keberkahan,” pesannya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Teguh Dartanto menyampaikan di tahun 2022 masih penuh ketidakpastian perekonomian karena pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir serta kenaikan inflasi di berbagai negara besar, namun hal ini harus disikapi optimistis dengan berusaha membangkitkan perekonomian nasional.

“Kita tidak boleh pesimistis, bahwa ekonomi kita harus melakukan transformasi sehingga kita bisa memperbaiki masalah-masalah fundamental dalam perekonomian sehingga kita bisa semakin kuat, kokoh dalam menyambut pemulihan ekonomi yang green, contactless, dan sustainable economic recovery,”  ujar Teguh. (BPMI SETWAPRES/UN)