Presiden Jokowi menyampaikan Presidential Lecture Mengenai Internalisasi dan Pembumian Pancasila, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (3/12) siang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, dalam setiap kepemimpinan apapun, baik itu di lembaga, baik itu di kementerian, di negara manapun, yang namanya ideologi harusnya dipegang oleh pemimpin-pemimpin yang ada di lembaga-lembaga itu.
“Begitu juga kita, mestinya di setiap kementerian, di setiap lembaga, di jajaran TNI, Polri, Jaksa Agung, BIN semuanya sama. Kepemimpinan harus memegang yang namanya ideologi, tanpa juga harus kita sampaikan, tetapi rasa memiliki ideologi itu kelihatan,” kata Presiden Jokowi dalam Presidential Lecture Mengenai Internalisasi dan Pembumian Pancasila, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (3/12) siang.
Ditegaskan Presiden, tidak mungkin negara sebesar Indonesia ini bisa kokoh bersatu seperti ini kalau ideologinya berbeda-beda. Oleh sebab itu, Presiden meminta agar setiap produk-produk kebijakan, produk-produk regulasi, produk-produk perundangan, rasa ideologi itu harus nampak. Ideologi Pancasila itu harus nampak di situ.
“Sekali lagi, setiap produk kebijakan, produk regulasi, produk undang-undang, rasa ideologi Pancasila itu harus ada. Kalau tidak, sekali lagi, enggak tahu mau ke mana kita,” tegas Presiden Jokowi. Presiden memberikan contoh, urusan yang misalnya berkaitan dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH) itu ada ideologinya.
“Lihat lebih dalam lagi ada apa di situ. Kemanusiaan, peri kemanusiaan, ada di situ. BBM satu harga, ada ideologinya di situ? Saya jawab, ada, saya pastikan ada. Keadilan sosial ada di situ. Infrastruktur, jangan dilihat tidak ada ideologinya. Orang hanya melihat fisiknya atau orang hanya melihat urusan ekonominya. Tidak, ini adalah mempersatukan. Di situ ada persatuannya,” tegas Presiden.
Jadi, lanjut Presiden, harus dinampakkan seperti itu. Presiden meyakini setiap program para menteri atau kepala lembaga ada rasa ideologi Pancasilanya. Tapi Presiden mengingatkan, yang harus kita lihat sekarang ini bagaimana membumikannya. “Ini yang jauh lebih penting,” ujarnya.
Jelas Targetnya
Menurut Presiden, semua kementerian/lembaga harus melihat, harus jelas target utamanya itu siapa. Ia mengingatkan, kita ini membawa negara sebesar ini, 267 juta, ya mestinya target ke depannya yang ingin kita transfer nilai-nilai ini, siapa.
“Kita melihat struktur demografi kita, siapa. Ya, anak-anak muda kita. Yang mau kita kejar ini. Karena ke depan, 129 juta anak-anak muda, itu hampir 48 persen, kalau ini tidak mengerti masalah ideologi, enggak mengerti masalah Pancasila, berbahaya negara ini,” tutur Presiden Jokowi.
Presiden juga mengingatkan, kita harus paham media komunikasi yang mereka gunakan itu apa. Juga harus ngerti kegiatan mereka apa, konten yang mereka sukai apa. Kegiatan yang mereka sukai apa, konten yang mereka sukai apa, harus teridentifikasi betul.
“Hati-hati di sini. Ini zaman sudah berubah. Hati-hati. Oleh sebab itu, BPIP juga harus melihat secara detail ini. Agar apa? Penyebarannya lebih cepat lagi, lebih kuat lagi,” kata Presiden.
Menurut Presiden, anak-anak muda ini sekolah, kuliah, bekerja, iya. Tapi ingat, yang mempengaruhi mereka bukan hanya guru. Sekarang ini bukan hanya dosennya. Kalau yang sudah bekerja bukan bosnya. Tetapi, lanjut Presiden, mereka ini menyerap informasi, menyerap pengetahuan, menyerap nilai-nilai itu dari banyak media. Lebih detailkan lagi melalui layanan chatting: WA, Telegram, Line, KakaoTalks. Hati-hati, lewat ini penyebaran dimulai. Yang kedua, layanan video: TV, YouTube, Netflix, Iflix, Hooq.
“Ini yang harus kita gunakan kalau kita ingin cepat dan tidak kedahuluan oleh ideologi yang lain,” ujar Presiden Jokowi.
Juga media sosial, hati-hati: Instagram, Facebook, Twitter, Snapchat, Presiden mengingatkan hati-hati, banyak lewat barang-barang ini. Sekali main bisa tiga juta, sekali main kalau pas bisa dua juta, kalau pas viral.
Presiden berharap ideologi Pancasila pun sekarang ini memang harus disebarkan, kita banjiri narasi-narasi besarnya lewat barang-barang ini. “Kalau kita tidak, akan kedahuluan oleh ideologi lain yang menggunakan barang-barang yang tadi saya sebut. Hati-hati,” tuturnya.
Oleh sebab itu, menurut Presiden, semua kementerian harus ngerti media apa yang harus dipakai. BPIP juga sama, media apa yang harus dipakai sehingga dalam menjangkau 129 juta itu betul-betul tembakan langsung kena, fokusnya ke siapa targetnya juga langsung kena. “Banjiri narasi-narasi mengenai ideologi Pancasila lewat ini, saya ulangi,” tegas Presiden.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan agar kita mengerti apa yang anak-anak muda sukai. Mereka suka lewat mana, kita harus ngerti apa yang mereka sukai. Yang pertama, yang mereka sukai olahraga. Jadi, lanjut Presiden, kalau ingin kita membumikan ideologi Pancasila gunakan yang namanya olahraga.
Yang kedua, musik. Menurut Presiden, enggak apa-apa kita nebeng Didi Kempot, enggak apa-apa. Titip sama ‘sad boys’ sama ‘sad girls’, enggak apa-apa. Jadi ‘sahabat ambyar’, enggak apa-apa. Titipkan satu lirik di ‘Pamer Bojo’, enggak apa-apa.
“Ini media-media memang disukai anak-anak kita, anak- anak muda kita. Musik itu nomor dua, hati-hati, setelah olahraga,” tutur Presiden seraya menegaskan agar menggunakan tiga media yang paling disukai oleh anak-anak muda kita: olahraga, musik, film.
“Oleh sebab itu, kita harus tahu, terus berarti kita harus kerja sama dengan siapa kementerian-kementerian ini? Kementerian-kementerian harus bekerjasama dengan siapa? BPIP harus mengajak siapa? Jelas kalau yang disukai ini jelas, berarti jelas siapa yang harus kita ajak,” tutur Presiden Jokowi.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, para anggota Dewan Pengarah BPIP, para menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, para Kepala Staf TNI dan Kapolri Jenderal Idham Azis. (MAY/FID/RAH/ES)