Deputi Pelayanan Publik Diah Natalisa saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Lubuklinggau, Senin (17/04)
PALEMBANG – Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui pembinaan terhadap instansi di daerah. Hal tersebut yang dilakukan Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa saat melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Kota Lubuklinggau, Selasa (18/04).
Dalam kesempatan tersebut Diah menyampaikan pentingnya unit pelayanan dalam hal ini Kota Lubuklinggau dalam mematuhi serta menjalankan UU No 25 tahun 2009, mulai dario penyusunan standar pelayanan, maklumat pelayanan, SKM hingga pengelolaan pengaduan.
Dikatakan, beberapa program yang menjadi prioritas antara lain inovasi pelayanan publik, LAPOR!-SP4N, e-service, role model pelayanan publik dan pemeringkatan berdasarkan indeks pelayanan publik. “Dalam SP4N memiliki area monitoring langsung terhadap pengaduan yang masuk. Sehingga kita mampu menetralisir pengaduan yg memang sifatnya kurang baik untuk dapat dipublikasi,” ujarnya.
Sebelumnya, Diah sempat melakukan kunjungan ke sejumlah unit pelayanan publik, dan memberikan apresiasi inovasi pelayanan e-services Perpustakaan Daerah Pemerintah Kota Lubuklinggau, yang berhasil masuk dalam TOP 25 Tahun 2015. “Buku yang disediakan pun cukup variatif sehingga pembaca pun mendapat banyak pilihan,” imbuhnya.
Walikota Lubuk Linggau Prana Putra mengatakan sejumlah pelayanan publik yang ada saat ini sudah mengalami peningkatan, seperti pelayanan e-KTP yang sudah menggunakan pelayanan dengan sistem jemput bola. Setiap pelayanan adminiatrasi kependudukan maupun catatan sipil dapat dilakukan di rumah warga dengan mengandalkan petugas yang datang menghampiri. “Perpustakaan daerah kami sudah menjadi tolak ukur program adopsi dari daerah daerah lain,” katanya.
Ditambahkan, peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah dapat terbantu dengan program kerja masyarakat, seperti rumah warna warni yang diinisiasi oleh ibu Walikota bersama Ibu ibu PKK. Pada awalnya, kampung tersebut memiliki konotasi negatif, lingkungan tidak bersih dan masyarakat yang kurang bisa menjaga sikap sehingga menjadi kampung yg ditakuti oleh masyarakat sekitarnya.
Melalui terobosan ibu2 PKK ini melalui sosialisasi mengenai perubahan diri, kampung ini disulap menjadi suatu kampung yg bersih, aman dan ramah. Kampung ini pun menjadi suatu tempat wisata serta masyarakat secara tidak langsung dapat memperbaiki perekonomian mereka melalui usaha2 kecil dengan menjual makanan khas Lubuk Linggau. (byu/HUMAS MENPANRB)