Pin It

 20180328 STIS2

Menteri Asman menjadi keynote speaker dalam acara Launching Politeknik Statistika STIS, di Jakarta, Rabu (28/03).

 

JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur meminta para dosen sekolah kedinasan agar tidak hanya copy paste kurikulum sistem pengajaran dari tahun ke tahun. Kurikulum serta metode pengajaran di sekolah kedinasan harus selalu diperbarui, sesuai dengan trend masa kini, dan mengikuti kebutuhan di lapangan.

“Kurikulum yang dipergunakan dalam metode pengajaran di STIS pun harus selalu mengikuti perubahan jaman, jangan hanya copy paste kurikulum tahun sebelumnya saja,” ujarnya dalam acara Launching Politeknik Statistika STIS, di Jakarta, Rabu (28/03).

Selain itu Menteri Asman menyampaikan hal penting lainnya dalam perbaikan mutu pendidikan terletak pada dosen atau para pengajarnya. Dosen di sekolah kedinasan haruslah memiliki wawasan yang luas serta harus paham terhadap perkembangan teknologi. Jangan sampai mahasiswa lebih pintar dan mengerti perkembangan jaman dari pada pengajarnya.

Menteri menjelaskan, pembaruan metode pengajaran harus segera dilakukan, misalnya dengan menghadirkan tokoh atau narasumber yang dianggap berhasil dan membawa perubahan dalam materi perkuliahan. Semua itu perlu dilakukan sebagai bagian dalam mencetak aparatur yang berwawasan luas serta mampu berinovasi dalam setiap tugas dan pekerjaannya.

Hal senada juga disampaikan Kepala badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto yang menginginkan dosen di Politeknik Statistika STIS memperhatikan kurikulum yang digunakan saat ini. “Perubahan kurikulum harus dilakukan sesuai dengan perkembangan jaman, seperti memasukkan serta pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar,” ujarnya.

Untuk itu, ia meminta para dosen Politeknik Statistika STIS untuk mengembangkan diri sesuai dengan tantangan global seperti saati ini. Menurutnya apabila dosen tidak mengembangkan diri akan jauh tertinggal dengan para mahasiswa yang diajar. “Sebagian besar dosen ialah Generasi X, yang bisa bisa dibilang gagap teknologi. Padahal mahasiswa yang dihadapi merupakan generasi milineal. Bisa bayangkan jika dosen tidak kembangkan diri, akan terjadi komunikasi yang tidak sinkron antara dosen dengan mahasiswa,” katanya. (byu/HUMAS MENPAN)