JAKARTA – Area hutan di Kecamatan Wonosalam menjadi kawasan sumber daya air dan paru-paru bagi Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Namun area hutan mengalami sejumlah masalah seperti perburuan satwa, pencurian kayu, pencemaran sungai, dan penebangan di area sumber mata air. Pemerintah Kabupaten Jombang berupaya bangkit dari masalah tersebut dengan menciptakan inovasi Perlindungan Mata Air Dan Hutan Berbasis Partisipasi (Permata Hati).
Bupati Jombang Mundjidah Wahab menjelaskan bahwa Permata Hati tercipta karena kesadaran akan menjaga lingkungan hutan demi kelangsungan hidup masyarakat Jombang. “Ekowisata Wonosalam Permata Hati ini ide dasarnya adalah menjaga kelestarian sumber daya mata air, hutan, dan keanekaragaman hayati melalui partisipasi masyarakat serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan,” jelasnya saat wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020 secara virtual beberapa waktu lalu.
Permata Hati diciptakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang pada tahun 2016 sebagai upaya pendampingan wisata ekowisata. Program ini dieksekusi pertama kali di Desa Panglungan. Ada enam kegiatan yang dilakukan dalam implementasi inovasi ini. Kegiatan tersebut antara lain, biomonitoring, adopsi mata air, pengamatan burung, belajar keanekaragaman hayati, termasuk diantaranya burung rangkong dan elang jawa, kuliner lokal, dan adopsi pohon.
Mundjidah mengatakan, program ini mengajak masyarakat untuk secara sadar melakukan perlindungan dan pelestarian hutan di sekitarnya. Jika sebelumnya masyarakat hanya mengambil manfaat dari produk hasil hutan saja tanpa memperhatikan kelestariannya, kini masyarakat justru terlibat langsung dalam upaya melindungi hutan dan sumber mata air.
Tiga tahun setelah dijalankan, Permata Hati telah memberikan manfaat nyata bagi kelestarian lingkungan dan sosial masyarakat. Dari sisi kelestarian lingkungan, dengan 70 hektar lahan yang telah dikonservasi, sumber air menjadi terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh 575 kepala keluarga dengan debit yang cukup meskipun musim kemarau.
Nilai tambah lainnya dari sisi lingkungan adalah habitat dan ekosistem satwa seperti monyet, rangkong, dan elang jawa terjaga, serta frekuensi kejadian banjir dan longsor menjadi berkurang. Selain itu kualitas udara di sekitar wilayah Ekowisata Wonosalam Permata Hati juga sangat baik, ditunjukkan dengan rendahnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Wonosalam yaitu sebesar 0,3 per 1.000 penduduk.
Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, sampai tahun 2019 telah ada 120 kepala keluarga yang terlibat dalam program ini. Sebanyak 1.550 orang pengunjung datang ke untuk melihat Ekowisata Wonosalam Permata Hati dengan pendapatan ekonomi sebesar Rp23.750.000.
Permata Hati diharapkan bisa menyelesaikan lima masalah yang dihadapi Pemkab Jombang terkait kelestarian lingkungan. “Jombang ini punya lima problem, krisis sumber daya air, degradasi lahan, ancaman punahnya keanekaragaman hayati, potensi bencana, dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan rendah,” ungkap Mundjidah.
Keberhasilan program konservasi mata air dan hutan Ekowisata Wonosalam Permata Hati telah menarik minat tiga kelompok di Kecamatan Wonosalam untuk mereplikasi, yakni Desa Wonosalam, Desa Carangwulung, dan Desa Sambirejo. Sementara di Kabupaten Jombang, inovasi ini telah direplikasi di desa-desa lain dengan tematik yang berbeda.
“Saat ini replikasi program sudah dilakukan di Desa Jarak dengan wisata berbasis agroforestry dan Desa Galengdowo dengan wisata alam melalui edukasi pengolahan susu sapi dan biogas,” tutupnya. (rum/HUMAS MENPANRB)