Tape ketan dar kakii Gunung Ciremai
KUNINGAN - Hari keempat Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1438 H, masuk edisi liburan banyak warga masyarakat yang pergi jalan-jalan untuk menikmati kuliner khas kampung halaman. Bosan dengan ketupat dan opor yang biasanya juga sudah habis, masih ada makanan khas daerah Kuningan, Jawa Barat yakni tape ketan.
Makanan pencuci mulut ini dalam Bahasa Sunda disebut peyeum, menjadi pelengkap ketupat yang merupakan makanan andalan lebaran. Di balik legitnya kehadiran tape ketan Kuningan, ada kisah yang cukup menggelitik dari usaha kuliner makanan khas rakyat.
Pada awalnya makanan ini hanya ramai diproduksi menjelang lebaran. Namun para perintis industri rumahan tape ketan yang tak kenal menyerah dalam berjuang berhasil mengantarkan penganan ini tampil sebagai oleh-oleh khas dari kota di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat.
Industri rumahan atau pembuatan tape ketan di Kuningan pun menjadi usaha yang menyediakan lapangan kerja sekaligus peluang usaha di bidang kuliner.
Makanan yang satu ini terbuat dari beras ketan yang difermentasi dengan ragi, dibungkus dengan daun jambu air dan diberi pewarna dengan daun katuk sehingga menimbulkan cita rasa yg enak di lidah.
Tape ketan terbuat dari bahan-bahan alami, dan dalam proses pembuatannya tidak sedikitpun memakai bahan pewarna kimia atau pengawet makanan. Jadi tidak perlu khawatir memakannya.
Kudapan ini bisa tahan sampai satu minggu lebih, bahkan jika disimpan dalam lemari es, tape ketan bisa awet sampai satu bulan. Semakin lama usia tape ketan, maka akan mengeluarkan air dari hasil fermentasi, air fermentasi tape ketan juga aman untuk diminum karena rasanya manis.
Ditemui di toko 'peyeum' sederhana nya, Ceu Eroh, begitu ia disapa, mengatakan berjualan tape ketan sejak tahun 2004. Dulu, ia hanya coba-coba saja, mengambil tape ketan dari temannya, lalu di jual kembali.
Tiga tahun kemudian, ia mencoba membuat sendiri dan dijual. Ternyata tape ketannya laris, dan sampai saat ini ia jadikan usaha tetap. "Tahun 2004 iseng aja neng, jualin punya tetangga. Terus nyobain bikin dengan resep yang sama, tenyata laku, ya udah sampe sekarang. Walaupun jualan di pekarangan rumah, tapi alhamdulillah rame," ujar Ceu Eroh, Kamis (29/06).
Uniknya lagi, tape ketan ini, setelah dibungkus daun lalu dimasukkan ke dalam ember plastik. Ada ukuran ember kecil dan besar, satu ember bisa berisi 80 sampai 100 bungkus tape ketan.
Sebelum dimasukkan ke dalam ember, tape dibungkus plastik terlebih dahulu agar air tape tidak menetes. Mempunyai citarasa yang legit dan manis, seolah sulit hilang di lidah, apalagi dinikmati dengan semangkuk eskrim di tengah cuaca yang terik.
Penganan yang satu ini biasanya menjadi salah satu hidangan favorit pada Hari Raya Lebaran dan Hari Raya Idul Adha. Selain rasanya yang lezat, terdapat manfaat lainnya yaitu sebagai penyeimbang gizi karena tape ketan banyak mengandung vitamin yang diperlukan untuk menjaga stamina tubuh.
Selain tape, Kuningan punya beberapa kuliner khas, diantaranya Jeniper (jeruk nipis peras), opak bakar, keripik gadung, dan kremes. (twi/ HUMAS MENPANRB)
Cara membuat tape ketan :
- Cuci beras ketan hingga bersih, rendam dalam campuran 1 liter air dan pandan pasta semalaman. Tiriskan. Kukus hingga panas kepul-kepul.
- Sementara itu didihkan 400 ml air, siram-siram kedalam ketan kukus yang masih panas, aduk rata. Kukus kembali 15 menit, angkat, dinginkan hingga betul-betul dingin.
- haluskan ragi tape.
- susun ketan hijau dalam wadah, taburi ragi tipis-tipis, taburi gula kastor, timpa lagi dengan ketan, taburi lagi dengan ragi dan gula.
Tutup rata, biarkan selama 3 hari. Bahan : 500 gr beras ketan putih 1 Lt air 2 sdm pandan pasta 400 ml air panas 5 sdm gula pasir.
Bahan Penunjang :
1. Daun Katuk (untuk pewarna hijau)
2. Lengkuas (untuk campuran warna)
3. Ember plastik (untuk pengemasan)