JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur mengucakan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Ulama Besar dan Sesepuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Hasyim Muzadi, Kamis (16/03) pagi. "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Selamat jalan, Kyai Hasyim. Atas nama pribadi dan selaku pimpinan Kementerian PANRB, kita kehilangan ulama besar yang sehari-hari tinggal di Pesantren Alhikam, Depok,".
Bukan hanya para santri yang mondok, khususnya para hafidzin di pesantren itu, namun juga seluruh masyarakat Indonesia, khusnya kaum muslimin yang kerap memperoleh berbagai ilmu dan pencerahan selama beliau hidup.
Eksistensi dan kontribusi pemikiran almarhum juga melampaui wadah organisasi Nahdlatul Ulama. Lebih jauh dari itu, berkat peran dan jasanya selama ini, seluruh ummat Muslim bahkan non muslim disemaikan arti Islam rahmatan lil 'alamin. "Beliau menekankan pentingnya kemajuan dan pembangunan berlandaskan nilai moral," sambung Asman.
Bahwa pembangunan, selain memberikan nilai kesejahteraan kepada masyarakat, juga membangkitkan sisi reliji warganya. Oleh karena itu, berita duka ini terasa mendalam bagi bangsa Indonesia.
Lebih lanjut Menetri Asman mengajak semua pihak untuk berdoa, semoga seluruh anggota keluarga besar almarhum yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketegaran. Asman juga mengajak seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa mengamalkan kebaikan yang sudah dicontohkan KH. Hasyim Muzadi semasa hidupnya. (HUMAS MENPANRB)
KH. Hasyim Muzadi
Ahmad Hasyim Muzadi alias Hasyim Muzadi lahir di Bangilan, Tuban, Jawa Timur, 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dan Hj. Rumyati. Hasyim kecil dibesarkan dalam lingkungan Nahdlatul Ulama (NU).
Pada usia 6 tahun, Hasyim Muzadi mulai masuk pendidikan di madrasah Ibtidaiyah, lalu pindah ke sekolah dasar (SD) dan masuk satu tahun di tingkat SMP. Dia tidak menuntaskan sekolah SMP-nya di Tuban, tetapi dia memutuskan untuk melanjutkan di pondok pesantren. Pada usia 12 tahun, ia masuk ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di pondok ini, ia selesaikan selama 12 tahun.
Usai dari Gontor, Hasyim ingin mendalami khazanah Islam klasik di pesantren tradisional milik kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU). Tidak tanggung-tanggung, ia mondok kembali untuk menjadi santri di Pondok Pesantren (PP) Senori, Tuban, Jawa Timur dan Lasem di Jawa Tengah.
Setelah matang keilmuan keislamaannya, ia meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang, Jawa Timur. Bekal ilmunya juga, dia gunakan untuk mengasuh Pondok Pesantren Al Hikam di Malang, Jawa Timur.
Sejak mahasiswa, Hasyim aktif di berbagai kegiatan. Dia ikut Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan menjadi pemimpin organisasi tersebut. Karier politiknya dimulai saat ia masuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jawa Timur. Dari sana, ia menjadi anggota DPRD Malang dan juga DPRD Jawa Timur.
Di sisi lain, kultur ke-NU-nya yang kuat menarik Hasyim untuk membesarkan ormas Islam terbesar di Indonesia ini. Pada tahun 1992, Hasyim terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur. Kariernya terus menanjak pada tahun 1999, ia terpilih menjadi Ketua Umum PB NU selama dua periode sampai tahun 2010.
Bersamaan dengan ketokohannya saat itu, Hasyim pernah diminta sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2004. Hasilnya memang belum memuaskan dan yang menang saat itu pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Meski demikian, setiap kali Pilpres, para calon presiden pasti minta suwon atau minta dukungan kepada Hasyim. Pada Pilpres 2014, Hasyim lebih condong ke pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla ketimbang Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
Di awal berjalannya kabinet baru presiden terpilih Joko Widodo, Hasyim diminta untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bersama sembilan orang lainnya utuk periode 2015-2019. Setelah pengabdian panjangnya untuk umat, pada usia 73 tahun ia dipanggil Sang Pencipta. Ia meninggal di Malang, Jawa Timur, pukul 06.00 WIB, Kamis, 16 Maret 2017.
PENDIDIKAN
Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur, Tahun 1950-1953
SD Tuban-Jawa Timur, Tahun 1954-1955
SMPN I Tuban-Jawa Timur, Tahun 1955-1956
Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo-Jawa Timur, Tahun 1956-1962
Pondok Pesantren Senori, Tuban-Jawa Timur, Tahun 1963
Pondok Pesantren Lasem-Jawa Tengah, Tahun 1963
IAIN Malang-Jawa Timur, Tahun 1964-1969
KARIER
Pelajar Islam Indonesia (PII), 1960-1964
Ketua Ranting NU Bululawang-Malang
Ketua Anak Cabang GP Ansor Bulul,awang-Malang, 1965
Ketua Cabang PMII Malang, 1966
Ketua KAMI Malang, 1966
Ketua Cabang GP Ansor Malang, 1967-1971
Wakil Ketua PCNU Malang, 1971-1973
Ketua DPC PPP Malang, 1973-1977
Ketua PCNU Malang, 1973-1977
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, 1983-1987
Ketua PP GP Ansor, 1985-1987
Sekretaris PWNU Jawa Timur, 1987-1988
Anggota DPRD Tingkat II, Malang-Jawa Timur
Anggota DPRD Tingkat I, Jawa Timur 1986-1987
Wakil Ketua PWNU, Jawa Timur 1988-1992
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur
Ketua PWNU Jawa Timur, 1992-1999
Ketua Umum PBNU, 1999-2004, 2004-2010
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, 2015-2019