PADANG - Beragamnya tingkat kelulusan seleksi kompetensi dasar (SKD) CPNS menjadi perhatian Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur. Menurutnya, hal itu tidak lepas dari kualitas pendidikan, khusunya pendidikan tinggi yang ada di berbagai daerah.
Untuk itu, Asman mengajak semua pihak, khususnya kalangan perguruan tinggi untuk ikut memikirkan dan mencari solusi terbaik. "Perguruan tinggi harus ikut memikirkan persoalan ini untuk mencarikan solusinya," ujar Menteri di Bukit Tinggi, Sabtu (14/10).
Bukit Tinggi menjadi salah satu kota tujuan kunjungan Menteri Asman ke Sumatera Barat, Jumat sampai Minggu (13 - 15/1 0). Hari pertama, Mebteri menjadi keynote speech dalam seminar internasional yang digelar oleh Universitas Dharma Andalas (Unida) di Padang. Menteri juga memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang.
Dari Ibukota Provinsi Sumbar, perjalanan dilanjutkan ke Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijsuan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mangatas, yang berlokasi di Kabupaten Limapuluh Kota. Sebelum bermalam di Bukit Tinggi, Menteri sempat membuka Festival Budaya di kota yang Desember 2017 nanti genap berusia 233 tahun.
Mebgawali akhir pekan, Sabtu pagi, Menteri Asman pun menikmati udara sejuk Bukittinggi Menteri Asman tak lupa jogging bersama Walikota Bukittinggi dan sempat mencicipi penganan khas kota kelahiran Proklamator Bung Hatta ini.
Dalam keterangan kepada wartawan, baik di Unida, UIN Imam Bonjol serta di Bukittinggi, Menteri menyampaikan bahwa sejak bulsn lalu pemerintah tengah menggelar seleksi CPNS untuk 62 kementerian, lembaga dan Provinsi Kalimantan Utara.
Salah satu yang menjadi keprihatinannya, tingkat kelulusan pada Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di berbagai daerah tidak merata. Tertinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mencapai 24 persen. Tapi untuk liar Jawa, angkanya di bawah 10 persen. "Bahkan untuk Papua kurang dari tiga persen," ujarnya.
Menurut Doktor Ekonomi Islam dari Unair ini, hal itu menggambarkan adanya gap kualitas pendidikan yang cukup njomplang per wilayah. Untuk itu, Menteri mengajak semua pihak, khususnya kalangan akademisi untuk ikut mengkaji, menemukan akar permasalahannya, seta mencari solusinya . "Dimana permasalahannya. Apakah guru atau kurikulumnya, jam mengajarinya, arau sarana dan prasaranya yang tidak mendukung," sergahnya.
Menurut Menteri seharusnya dengan penerapan teknologi yang sudah merambah ke seluruh daerah, tak ada lagi jarak antara daerah satu dengan daerah lain. "Semuanya ada dalam genggaman, termasuk sistem pembelajaran. Harusnya tak ada masalah. Tapi nyatanya gap masih tinggi. Ini tantangan kita semua. Pemikiran kita bersama.," tegas Asman.
Salah satu tips yang ditawarkan pria kelahiran Padang Pariaman, 25 Februari 1961 ini adalah mengajak semua pihak, termasuk kalangan akademisi untuk keluar dari rutinitas. "Guru besar jangan puas dengan gelar dan status.Tingkatkan inovasi dan cari terobosan. Kalau terjebak dengan urusan rutin pasti kita akan tertinggal," tegas Asman.
(ags/HUMAS MENPANRB)