Pin It

20170420 wawancara kemenkes2

JAKARTA - Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2017 memasuki tahapan presentasi dan wawancara dengan Tim Panel Independen, yang terdiri dari JB Kristiadi (Ketua), Siti Zuhro Eko Prasojo, Wawan, Nurjaman. Hari pertama sebanyak tujuh  inovator, empat diantaranya dari Kementerian Kesehatan, mempresentasikan inovasinya dalam tahapan yang akan berlangsung hingga 5 Mei 2017.

Inovasi pertama berjudul 119 – Kolaborasi Nasional Layanan Emergensi Medik di Indonesia.  Sekjen Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo dan  Dirjen Pelayanan Kesehatan Bambang Wibowo  hadir untuk mempresentasikan inovasi yang bertujuan untuk mendekatkan akses layanan yang bersifat aktif, terpadu secara nasional. “Layanan ini ada di pusat dan di daerah, diintegrasikan dengan kepolisian, pemadam kebakaran, serta BPBD. Targetnya setiap daerah memiliki akses 119,” ujar Untung.

Inovator kedua dari RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan  inovasi ‘3 In 1 Kariadi Peduli’. Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Semarang Agus Suryanto mengatakan, di era pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya penunjang sering menjadi masalah. Pasalnya, banyak pasien tidak mampu membayar biaya ambulance jenazah, sementara pelayanan RSUD memerlukan waktu dan tenaga untuk mendapatkan pelayanan antar unit layanan. “Kami ingin meringankan pelayanan khusunya untuk masyarakat miskin. Solusinya, rumah singgah gratis, ambulan jenazah gratis, mobil angkutan pelayanan internal juga gratis,” ujarnya.

Ditambahkan, dengan 3 in 1 maka akan terjadi peningkatan kualitas pelayanan secara berkisanumbangan, baik kualitas pelayanan maupun kepuasan masyarakat dengan ekstra layanan ini kualitas RS akan meningkat.  Penggunaan rumah singgah berkembang dari tahun 2014 : 527 sampai 2016 : 4413. Dampaknya, masyarakat  terbantu biaya, mempermudah akses, serta produktivitas meningkat. “Kami juga mendapat akreditasi nasional dan internasional, dan telah menerima predikat WBK dan WBBM dari Kementerian PANRB,” ujarnya.

Inovasi yang tampil ketiga dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dengna judul inovasi Laboratorium Manajemen Data. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Siswanto menjelaskan, pemanfaatan data oleh litbang kesehatan selama ini tidak tercatat. Selain itu, hasil penelitian belum tertata menjadi satu kesatuan.  Dalam inovasi ini, pelayanan dilakukan satu pintu sebagai pemanfaatan data. Metode analisa bisa dikonsultasikan, untuk menghindari duplikasi.

Dampak dari inovasi ini, seluruh hasil penelitian dapat terkumpul, akses klien menjadi mudah, dan judul penelitian dapat didonwload. Data ini sangat bermanfaat untuk  pendidikan, laporan program non pemerintah, jenjang karir, kebijakan program pemerintah. “Selain itu, terjadi peningkatan kualitas penelitian serta  utilisasi,” ujarnya.

Inovator keempat dari Poltekkes Jakarta I, dengan inovasi Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Pembuatan Soket Kaki dan Tangan Palsu (Prostesis). Inovasi ini dilatar belakangi kenyataan bahwa banyak penderita cacat gerak yang menjadi difabel sulit mendapatkan kaki/tangan palsu karena  selain mahal, produk ini yang berbahan tranformal plastic umumnya harus impor.

Dari hasil penelitian yang cukup panjang, ternyata tanaman eceng gondok yang di banyak daerah merupakan gulma atau hama, dapat dibuat soket kaki/tangan palsu, setelah proses pengeringan, penganyaman, laminasi, soket, perakitan dengan tungkai tambahan, sehingga dapat digunakan. Keuntungan lain, eceng gondok dapat didaur ulang, go green, proses produksinya juga sederhana, dan sekaligus memberdayakan masyarakat. “Sampah menjadi berkah,” ujar Sekretaris Poltekkes Jakarta I  Kirana Pritasari.

Giliran kelima adalah presentasi dari Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi Kementerian Sosial, dengan inovasi yang berjudul RISOL GEPENG MAS. Inovasi ini lahir dari kenyataan banyaknya gelandangan dan pengemis (Gepeng), yang tidak bisa seluruhnya ditampung di panti, sehingga cukup meresahkan masyarakat. “Kami melakukan pemberdayaan dengan melakukan pembinaan di luar panti, sejak tahun 2014. Dalam tiga tahun terakhir, sekitar lima ratus Gepeng di 14 kabupaten/kota telah kami rehabilitasi, dan sebagian besar sudah bisa mandiri,” ujar Kepala Lipsos Bekasi Iriani.

Inovator keenam dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok Kementerian Pertanian dengan judul inovasi  PRIOQ KLIK. Inovasi ini mampu mengubah penghitungan PNBP yang semula lambat menjadi cepat sehingga nomor dokumen bisa langsung diketahui dan bisa diambil di kantor pelayanan. Dampaknya, menghindari pungli, memperbaiki performa dwelling time. "Selain itu terjadi efisiensi, informatif, dan ada kepastian waktu," ujar Purwo Widiarto.

Sedangkan inovator terakhir dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya dengan inovasi berjudul INI MOBIL SIANI – Sahabat Setia petani. Inovasi ini lahir dari kondisi di lapangan bahwa selama ini banyak petani belum menggunakan benih/bibit unggul yang bersertifikat. Akibatnya,  produktifitas rendah dan terjadi penurunan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Dengan inovasi ini, kami berusaha mengoptimalkan fasilitas dan akhirnya tercetus sistem pelayanan jemput bola.

Dengan sistem ini, petani dan petugas lapangan menghubungi kantor pusat untuk datang ke lokasi mereka. Kemudian, mobil SIANI akan datang ke lokasi. Pelayanan langsung di dalam mobil. Akan dilaksanakan bimbingan teknis untuk para petani. Saat ini masih di tingkat provinsi, dan baru ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ke depan, seluruh provinsi di Jawa segera menyusul.  (ags/dit/hlm/HUMAS MENPANRB)