Solo (7/8). Pagi-pagi itu Wahyudi (33) mendapat bagian shift pagi sampai sore, menjaga pintu kereta api Gilingan, perlintasan pertama, setelah Stasiun Balapan menuju arah Surabaya. Setiap petugas penjagaan perlintasan kereta api bertugas setiap 8 jam sehari. “Buat saya menjadi Penjaga Pintu Perlintasan Kereta Api saya jalankan dengan senang hati, karena saya bisa mengamankan kereta api sekaligus menolong sesama”, ujar Wahyudi di sela-sela tugasnya menerima info mengenai kereta api yang mau lewat.
Tapi saya juga harus sabar menghadapi orang yang ngeyel menerobos pintu kereta, walaupun pintu sudah tertutup. “Alhamdulillah, sejak saya tugas di sini tidak pernah ada kasus kecelakaan, dan mudah-mudahan jangan sampai pernah ada”, tambah Wahyudi.
Wahyudi adalah sekian orang dari generasi muda yang mendapat kesempatan mengabdi di PT Kereta Api Indonesia (PTKAI). Ia sebelumnya menjadi tenaga outsourcing penjaga pintu kereta api mulai tahun 2003 sampai tahun 2011. Sejak tahun 2011 ia diangkat sebagai pegawai perusahaan. Sebagai pegawai perusahaan ia bisa membawa gaji plus tunjangan sekitar Rp. 3 juta. Sebelumnya sebagai pegawai outsoucing ia hanya mendapat Rp. 830.000, sesuai dengan UMR Kota Solo waktu itu. Penghasilan yang ia bawa ke rumah untuk menghidupi seorang istri dan anaknya yang masih 4 tahun yang tinggal bersamanya di Klaten.
Wahyudi bercerita, bahwa sekarang manajemen PT KAI sangat memperhatikan keselamatan dan kenyamanan para penumpang. Untuk itu penertiban terhadap para pedagang juga dilakukan di Stasiun Balapan. Dalam penertiban ini tidak banyak ribut seperti di Jakarta, karena kebanyakan para pedagang menyadari untuk menertibkan sendiri.
Pekerjaannya penjaga perlintasan pintu kereta api kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya mengandung risiko yang berat, karena kalau lalai, bisa mencelakai banyak orang. Untuk itu menurut dia, kita harus taat dengan prosedur penutupan dan pembukaan pintu perlintasan kereta api. Sebelum pintu ditutup, pertama-tama ada info dari Petugas Pemberangkatan Kereta Api (PPKA) untuk menutup pintu perlintasan. Tidak lupa PPKA menanyakan posisi perlintasan Gilingan apakah sedang macet atau tidak, karena gilingan merupakan akses jalan yang sangat padat. Setelah pintu ditutup beberapa saat Kereta Api Lewat dan kemudian dibuka kembali setelah Kereta Api berlalu.
“Di saat-saat menjelang Lebaran ini kami para petugas tidak boleh mengambil cuti. Kami sadar dengan tugas ini, karena ini merupakan kehormatan bagi kami untuk melayani masyarakat”, Kata Wahyudi menutup pembicaraannya.(Tim Lipmudyanlik)