Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2018 memberikan applaus kepada inovator setelah usai tanya jawab
JAKARTA - Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dinilai makin inovatif dan kualitas inovasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Anggota Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2018 Wawan Sobari mengatakan, meski jumlah pendaftar kompetisi jumlahnya berkurang sedikit dibanding tahun lalu, namun kualitas inovasi yang ikut berpartisipasi dinilai meningkat.
“Walau jumlahnya tidak sebanyak tahun lalu, namun saya melihat bahwa kualitas inovasi-inovasi yang ikut dalam kompetisi ini meningkat,” ujarnya usai wawancara top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2018, di kantor Kementerian PANRB, Jumat (13/07)
Disampaikan bahwa inovasi tahun ini terdapt sedikit perubahan, yang kemungkinan dipengaruhi adanya pengintegrasian indikator dengan United Nations Public Service (UNPSA), seperti kategori miskin, gender, kesehatan. Tema inovasi yang diusung tiap daerah pun semakin beragam, sehingga tidak hanya terkonsentrasi pada satu kategori semata.
Selain itu pada tahun ini banyak muncul inovasi yang berasal tidak hanya dari pulau Jawa, melainkan merata tersebar di berbagai wilayah tanah air, seperti Sumbar, Sulawesi, Kalimantan, Papua dan lain-lain. Menurutnya daerah yang ikut berkompetisi sudah semakin sadar bahwa salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik, adalah dengan ikut serta dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik.
Melihat hal itu, Sobari menilai bahwa hal tersebut sangat bagus karena kesadaran berinovasi dalam hal pelayanan publik mulai tumbuh. Meski demikian dirinya menambahkan perlu adanya sebuah insentif untuk derah yang ikut berkompetisi, dimana insentif yang dimaksud bukan hanya financial namun adalah sebuah pengakuan dari publik.
“Inovasi yang masuk TOP 40 atau TOP 99 agar dapat dipublikasi, sehingga masyarakat tahu inovasi layanan publik di wilayah masing-masing. Dengan publikasi, daerah lain bisa ikut meniru menerapkan inovasi yang dianggap tepat dengan yang dibutuhkan di suatu wilayah,” imbuhnya.
Pada hari ke-5 wawancara Top 99 inovasi pelayanan publik 2018 ini terdapat 9 inovator yang tampil, lima diantaranya dari kepolisian dan empat dari pemerintah daerah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat mempresentasikan inovasi yang dinamakan Posyandu Remaja. Sekretaris Daerah Kab Sanggau A.L Leysandri menerangkan, Posyandu Remaja merupakan sebuah program edukasi kesehatan yang menyasar pada remaja sekolah untuk memantau kesehatan remaja dengan melibatkan remaja itu sendiri.
Tujuannya melibatkan remaja dalam upaya intervensi terkait permasalahan mereka, memantau kesehatan remaja secara berkala, mengedukasi remaja untuk hidup sehat. Lebih dari itu, Posyandu Remaja juga bertujuan untuk menurunkan angka pernikahan dini dan membekali remaja untuk mempersiapkan masa depannya dengan menjadi Generasi Berencana yang kreatif dan berwawasan luas.
Giliran berikutnya, Walikota Bogor Bima Arya Sugiharto yang menempatkan dua inovasi dalam Top 99. Pertama, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPM PTSP) Kota Bogor dengan inovasi bernama SMART, yaitu aplikasi layanan perizinan yang sederhana, mudah, akuntabel, ramah, dan tepat waktu. Penerapan aplikasi SMART, saat ini dirasakan pelayanan perizinan dan non perizinan semakin cepat, mudah, transparan dan akuntabel. Atas penerapan aplikasi tersebut dan dampak positifnya bagi masyarakat mendapat apresiasi dari KPK, Kemendagri dan lembaga lainya serta direplikasi di beberapa daerah.
Inovasi kedua dari kota Hujan ini adalah Anjas Go Clear, yaitu aplikasi normatif jabatan struktural di lingkungan Pemkot Bogor yang aplikatif dan akuntabel. Aplikasi ini dikembangkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam pengisian jabatan struktural seperti menghindari kesalahan pengisian jabatan struktural golongan atasan lebih rendah dari bawahan. Untuk pengisian calon pejabat struktural dapat di saring dengan kesesuaian latar belakang pendidikan dari pejabat struktural yang dicalonkan.
Inovator terakhir yang tampil adalah Kota Cimahi, dengan nama Cimahi Technopark, sebagai Pusat Layanan Terpadu Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Cimahi Berbasis Inovasi, Ilmu Pengetahuan & Teknologi Melalui Kolaborasi Quadruple Helix.
Walikota Cimahi Ajay M. Priatna mengatakan, Konsep pengembangan Technopark fokus pada upaya peningkatan daya saing para pelaku IKM/UKM di Kota Cimahi serta penciptaan wirausaha baru dengan konsep kolaborasi Quadruple Helix yaitu kolaborasi antara akademisi, pebisnis, pemerintah, dan komunitas secara terintegrasi dalam suatu kawasan yang berfungsi sebagai penghubung antar stakeholder (Hub). (byu/don/HUMAS MENPANRB)