Pin It

20180705 pelepasan diklatpim LAN2

Menteri Asman Abnur saat memberikan pengarahan dalam acara Pelepasan Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatim) Tingkat I Angkatan 38 dan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan III, di Kampus Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Kamis (05/07).

 

JAKARTA - Tantangan birokrasi dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan semakin hari semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh karena itu para pimpinan unit maupun institusi pemerintahan tidak dapat hanya menjalankan rutinitas dan pekerjaan yang biasa biasa saja.

“Harus ada perubahan-perubahan dan senantiasa selalu berupaya untuk mewujudkan birokrasi yang lebih baik dari hari ke hari, dan itu harus dimulai dari para pimpinan,” ujar Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur dalam Upacara Pelepasan Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatim) Tingkat I Angkatan 38 dan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan III, di Kampus Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Kamis (05/07).

Disampaikan bahwa Birokrasi harus berupaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi begitu cepat. Menurutnya pimpinan harus menjadi motor penggerak perubahan bagi organisasi, karena memang tanpa kehadiran ASN yang profesional maupun yang melakukan hal hal luar biasa, birokrasi tidak akan mampu menjalankan perannya dengan baik.

Menurutnya seorang pimpinan harus menjadi motor perubahan, bukan justru menjadi pengekor namun harus menjadi penginisiasi atau inovator. Oleh sebab itu para peserta pelatihan kepemimpinan diminta untuk dapat menularkan inovasi dan pemikiran selama pelatihan bagi unit yang dipimpinnya, agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selain dari itu dirinya menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah berupaya untuk membangun Indonesia yang melayani, yaitu Indonesia yang pemerintahnya, masyarakatnya, dan para pelaku usahanya secara bersama-sama melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan Indonesia yang ramah investasi, ramah pariwisata, ramah lingkungan, dan sangat kompetitif dalam melayani, sehingga pembangunan ekonomi Indonesia dapat berkesinambungan.

Oleh karena itu untuk menjadikan Indonesia yang melayani tersebut, diperlukan berbagai perubahan cara pandang dan perilaku, yang intinya adalah perubahan mentalitas para pejabat dan pegawai pemerintahan, para pelaku usaha, dan masyarakat. Mentalitas melayani itulah yang diharapkan dapat menjadi unggulan dan pembeda Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Indonesia harus bergerak ke arah sana, sehingga kita dapat memenangkan persaingan global di berbagai bidang.

Lebih lanjut disampaikan bahwa Reformasi birokrasi dipandang sebagai faktor pengungkit penting dalam pembangunan suatu bangsa, bahkan bagi negara-negara yang telah maju sekalipun, reformasi birokrasi merupakan proses yang tidak berhenti dan dilakukan secara berkesinambungan.

Hal ini disebabkan oleh tuntutan lingkungan strategis, seperti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi dan peningkatan daya saing bangsa. “Harapan masyarakat terhadap kinerja pemerintah pusat dan daerah terus berkembang sejalan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat,” pungkasnya. (byu/HUMAS MENPANRB)