JAKARTA – Pemerintah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat fokus untuk mengurangi kenakalan remaja yang marak terjadi di wilayahnya. Dengan inovasi Posyandu Remaja Entikong (Posduren), Dinas Kesehatan Kab Sanggau sukses turunkan angka kenakalan remaja seperti merokok, minum minuman keras, dan seks bebas.
Inovasi yang dikelola oleh Puskesmas Kecamatan Entikong ini bertujuan untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh buruk pergaulan bebas. Menurut Sekda Kab Sanggau A.L Leysandri, permasalahan sosial remaja ini juga terjadi karena letak Entikong yang berada di perbatasan dengan Malaysia. “Disitu banyak permasalahan yang kompleks, sehingga remaja harus kita siapkan menjadi remaja yang enerjik, yang punya motivasi tinggi,” ujar Leysandri.
Pembentukan Posduren diharapkan dapat menjadi wadah untuk memfasilitasi remaja dalam memahami permasalahan kesehatan remaja, menemukan alternatif pemecahan masalah, membentuk kelompok dukungan remaja, memperluas jangkauan Puskesmas PKPR, terutama bagi remaja daerah yang memiliki keterbatasan akses. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas sampai awal tahun 2017 mencapai 5.015 puskesmas yang tersebar di 514 kabupaten/kota. Akan tetapi, di awal 2018 turun menjadi sekitar 4.000, dan masih dibawah 20 persen untuk remaja yang mengakses layanan tersebut.
Program Kab Sanggau yang masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2018 ini memberdayakan para remaja untuk lebih mengenal perannya masing-masing. Tak hanya itu, di sini para remaja juga dikenalkan dengan beragam masalah sosial dan cara penyelesaiannya. Dengan pendekatan psikologis dan penyelesaian masalah, mereka bisa memahami eksistensinya selaku remaja yang bisa berkompetisi.
Menurut Leysandri, para remaja diajak untuk melampiaskan jiwa mudanya ke arah yang kreatif. Dengan program ini, Posduren diharapkan tidak hanya fokus terhadap kesehatan, tapi juga dalam bidang kesenian, kebudayaan, dan bidang lainnya agar saling terintegritas.
Sasaran inovasi ini adalah remaja berusia 10-18 tahun dengan pemberian konseling dan lain sebagainya. Dalam rentan usia itu, ada remaja yang bersekolah dan tidak. Berdasarkan Survei Kesehatan Berbasis Sekolah tahun 2015, sebanyak 41,8 persen laki-laki dan 4,1 persen perempuan mengaku pernah merokok. Sementara sebanyak 14,4 persen laki-laki dan 5,6 persen perempuan pernah menkonsumsi alkohol.
Sedangkan yang mengaku pernah mengkonsumsi narkoba ada sebanyak 2,6 persen laki-laki. Sebanyak 8,26 persen pelajar laki-laki dan 4,17 persen pelajar perempuan usia 12-18 tahun pernah melakukan hubungan seksual, yang otomatis turut menyumbang adanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Leysandri mengaku, setelah dua tahun berjalannya inovasi ini, jumlah perokok di Kab Sanggau yang tadinya berjumlah 59, pernah turun menjadi 24, dan kini hanya ada tiga perokok di usia remaja. Inovasi ini juga menurunkan jumlah penderita anemia pada remaja putri dari 37 orang di tahun 2017, menjadi 1 orang pada Maret 2018.
Pengembangan program ini akan terus dilaksanakan. Pemkab juga sudah mengalokasikan dana pengembangan remaja kepada perangkat desa. Para remaja diharapkan sudah memiliki visi dan misi tentang hidup mereka di masa depan. “Kalau tidak mereka akan tergerus oleh jaman dan wajiblah kita mengarahkan. Bukan hanya di puskesmas ini, tetapi dalam kelompok-kelompok kesenian,” pungkasnya. (don/HUMAS MENPANRB)