Tim Panel Independen dan Gubernur Jatim menyaksikan barista saat menyeduh Kopi Arabika di sela wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Selasa (17/07).
JAKARTA – Hari ke-7 tahap presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik diawali oleh inovasi dari Dinas Perkebunan Pemprov Jawa Timur dengan inovasi Kolaborasi Pembinaan Ekonomi Terpadu Kopi Arabika (Kabinet Arabika). Di ruang Sriwijaya Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) juga hadir barista Waroeng Kopi Kayumas yang menjadi juara 1 nasional Festival Kopi Indonesia dan juara dunia kopi luwak.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Tim Panel Independen yang terdiri dari JB Kristiadi, Wawan Sobari, Eko Prasojo, Nurjaman Mochtar dan Indah Suksmaningsih pun menyaksikan proses pembuatan dan menikmati seduhan kopi arabika ini.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo menerangkan, Kabinet Arabika hadir di tengah masyarakat Situbondo, khususnya kawasan Kayumas, agar warga sekitar atau para petani dapat mengoptimalkan lahan di daerahnya. “Inovasi ini berisi dengan program penyuluhan, pendidikan, latihan, pendampingan berkelanjutan, dan bantuan alat atau mesin pengolah kopi,” ujar gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu, saat presentasi, di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Selasa (17/07).
Program yang dimulai sejak 2006 ini sangat inovatif karena mengelola kopi arabika dari hulu ke hilir. Tidak berhenti pada pembangunan on farm, Kabinet Arabika dirancang agar petani dapat menjual produk biji kopinya langsung ekspor dan mampu menghasilkan produk hilir, baik kopi sangrai maupun kopi bubuk kemasan.
Setelah Kabinet Arabika, Pemprov Jawa Timur mempresentasikan inovasi keduanya yang dinamakan Sim-PADU PMI (Sarana Informasi dan Pelayanan Terpadu Pekerja Migran Indonesia). Inovasi yang diciptakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemprov Jawa Timur ini berisi sarana ruang informasi, konsultasi dan pengaduan yang terintegrasi dengan layanan pelatihan/sertifikasi serta Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA). Pakde Karwo menjelaskan, Sim-PADU PMI ini mampu meningkatkan kecepatan, transparasi dan kepercayaan dalam pelayanan publik, meningkatkan akses informasi dan perlindungan bagi pekerja migran.
Berikutnya, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mempresentasikan dua inovasinya. Dua inovasi dari Kabupaten Lumajang ini adalah Blood_Jek Si Pengawal Darah dan Gebrakan Pagi Berseri. Bupati Lumajang, As’at Malik menyampaikan, Blood_Jek adalah sistem layanan yang dirancang khusus menjamin kualitas darah untuk kesembuhan pasien, memudahkan permintaan darah oleh keluarga pasien serta mendukung sistem layanan RS agar tetap berjalan optimal. Sistem layanan Blood_Jek yang digunakan adalah “permintaan langsung antar”. Maksudnya ialah, keluarga pasien melakukan permintaan darah dengan membawa formulir permintaan dan sampel darah serta menyelesaikan administrasi dan langsung kembali ke RS.
Permintaan darah pasien langsung diproses, selanjutnya darah yang sudah siap untuk proses transfusi diantarkan langsung oleh petugas UTD yang berkompeten di tempat pasien dirawat. Layanan ini gratis, 24 jam bagi masyarakat Kabupaten Lumajang yang membutuhkan.
Sedangkan inovasi kedua dari Pemkab Lumajang, yakni Gebrakan Pagi Berseri adalah kependekan dari Pagelaran Aksi Bersama Sekolah Sehat Asri. Menurut As’at, gerakan ini sebagai upaya perbaikan citra positif pendidikan anak Indonesia “zaman now” dan menghilangkan efek kecanduan game. Mereka dididik untuk lebih aktif berinteraksi dengan teman melalui bermain di alam terbuka. Gerakan ini diinisiasi oleh Puskesmas Randuagung dan Dinas Kesehatan Pemkab Lumajang.
Menutup sesi pertama, Puskesmas Klagenserut Dinas Kesehatan Pemkab Madiun, Jawa Timur mempresentasikan inovasi yang bernama Simpatik Anak Cerdik (Siswa Pemantau Jentik oleh Anak-Anak yang cerdik). Wakil Bupati Madiun, H. Iswanto menerangkan, inovasi ini menjadikan para siswa MIN 01 Madiun sebagai juru pemantau jentik kecil di masyarakat. Tugas ini difokuskan untuk siswa kelas 4, 5 dan 6 memantau lima rumah di sekitarnya setiap hari Jumat dan dilaporkan pada sekolah.
Apabila terdapat rumah yang jentiknya positif, pelaporan ini memangkas waktu dan langsung ditanggapi oleh pihak kesehatan sehingga lebih cepat memutus mata rantai penularan atau menurunkan resiko terjangkitnya penyakit DBD. Inovasi ini berhasil memecahkan masalah dengan salah satu indikatornya yaitu menurunkan angka kejadian kasus DB di Desa Klagenserut sebagai salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut. (byu/don/HUMAS MENPANRB)