Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mempresentasikan inovasi dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) Jawa Tengah di hadapan Tim Panel Independen pada Presentasi dan Wawancara KIPP Hari ke-7, Selasa (06/07).
JAKARTA – Hari ketujuh tahap presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2021 didominasi inovasi dari wilayah Jawa Tengah. Sembilan inovator dari Jawa Tengah unjuk gigi mempresentasikan inovasinya dihadapan Tim Panel Independen. Inovasi tersebut tak hanya datang dari kelompok umum yang baru pertama kali ikut kompetisi ini, tapi juga dari kelompok replikasi dan kelompok khusus yang sudah memperbarui inovasi sebelumnya.
Inovasi Si Bina Cantik Bingits yang diinisiasi oleh RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) mengawali sesi pertama presentasi. Si Bina Cantik Bingits merupakan akronim dari Sistem Bridging SIM RSMS, BPJS, dan INA-CBG's Menuju Akuntabilitas, Transparansi dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan JKN Secara Paripurna Jamin Bisa Langsung Dilayani Cepat dan Klaim BPJS Akurat. Inovasi ini merupakan penyempurnaan dari inovasi Bina Cantik yang telah ditetapkan sebagai Top 40 di tahun 2017. Kini inovasi tersebut masuk ke dalam kelompok khusus dalam KIPP tahun ini.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuturkan, Si Bina Cantik Bingits tak hanya berhasil memperbaiki tata kelola pelayanan pasien BPJS, tapi juga mempercepat klaim BPJS. "Inovasi ini di-upgrade agar mempercepat layanan pasien dan perbaikan klaim BPJS," ujarnya saat presentasi dihadapan Tim Panel Independen secara virtual, Selasa (06/07).
Masih dari kelompok khusus, presentasi dilanjutkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dengan inovasi Sapu Kuwat-Sila KIA. Inovasi ini merupakan pengembangan dari dua inovasi, yakni Si Rela (Sistem Relasi Pencatatan Kelahiran) dan Kartu Insentif Anak (KIA). Keduanya merupakan upaya jemput bola Pemkot Surakarta untuk mengajak masyarakat membuat akta kelahiran.
Kini, inovasi Si Rela telah dikembangkan menjadi Satu Paket Urusan Kependudukan Warga Terpenuhi (Sapu Kuwat) yang terintegrasi dengan BPJS. Satu paket ini terdiri dari akta kelahiran, KIA, KK tambah jiwa, e-ID JKN-PBI, bonus Buku Cerita Bolo Kuncoro, dan kartu ucapan selamat dari Wali Kota Surakarta. Sedangkan inovasi KIA yang telah berganti nama menjadi Kartu Identitas Anak (KIA), dikembangkan menjadi Simpanan Pelajar KIA (Sila KIA).
Sila KIA bekerja sama dengan BNI 46 untuk menyediakan tabungan anak untuk menyimpan hasil diskon yang didapat saat berbelanja di mitra usaha KIA. "Inovasi ini tak hanya berdampak pada validitas data, tapi juga menumbuhkan budaya menabung sejak dini kepada anak," jelas Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Inovasi selanjutnya datang dari Dinas Pertanian Kab. Grobogan yang membawakan dua inovasi, yakni Rumah Kedelai Grobogan (RKG) dan Rat Hunter. RKG merupakan instalasi terpadu yang memberikan pelayanan infomasi dan edukasi agribisnis kedelai lokal, dari hulu sampai hilir berbasis _one stop learning._ Unit pembelajaran yang ada di RKG meliputi Seed Center, Learning Center, Rumah Tempe Hygiena, Rumah Tahu Hygiena, Rumah Kemas, Promotion Center, dan Soybean Resto. Proses edukasi dilakukan oleh para pelatih yang tergabung dalam Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Green Soybean Center dengan alat bantu elemen keterampilan.
Inovasi kedua yang dibawakan oleh Pemkab Grobogan adalah Rat Hunter. Sebagai produsen beras terbesar di Jawa Tengah, Grobogan tak lepas dari gangguan hama, bahkan sempat mengakibatkan gagal panen. Untuk itu, Dinas Pertanian Kab. Grobogan melakukan terobosan untuk mengendalikan hama tikus dengan menggunakan predator alami, yakni burung hantu Tyto alba.
Rat Hunter lebih efektif dan efisien dibandingkan menggunakan cara pengemposan, pengumpanan, dan perangkap beraliran listrik. Biaya pengendalian hama pun lebih rendah dan produksi petani pun meningkat. Terbukti, inovasi ini sudah berhasil menurunkan intensitas kerusakan akibat tikus sebesar 60-90 persen dan menurunkan tingkat kehilangan hasil akibat tikus sebesar 70 hingga 80 persen.
Kota Magelang melanjutkan presentasi berikutnya. Meski kepemilikan akta kelahiran untuk penduduk usia 0-5 tahun di Kota Magelang sudah termasuk tinggi, tetapi pengurusannya masih sering terlambat. Kondisi ini membuat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang melakukan replikasi inovasi Kab. Banyuwangi, yakni Lahir Procot Pulang Bawa Akte yang menjadi Top 25 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015. Hadir dengan nama Si Bulan (Aksi Ibu Pulang Bawa Akta Kelahiran), menjadi upaya Disdukcapil Magelang untuk meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat, terutama akta kelahiran.
Menutup sesi pertama tahap presentasi dan wawancara hari ini, Kota Salatiga hadir dengan inovasi Gerbek Melati PTM. Nama inovasi itu merupakan singkatan dari Gerakan Bersama Kita Mencegah, Menanggulangi dan Mengobati Penyakit Tidak Menular yang diinisiasi oleh Puskesmas Mangunsari. Terobosan ini bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PTM dengan melakukan skrining pada masyarakat umum, khususnya yang masih berada pada usia produktif. Upaya tersebut dilakukan melalui sistem jemput bola dengan mengunjungi wilayah sasaran, sehingga akan memudahkan warga untuk dilakukan skrining. Pelaksanaannya melibatkan tak hanya stakeholder di bidang kesehatan, namun juga tokoh agama, tokoh masyarakat, RW, RT, hingga PKK di wilayah Puskesmas Mangunsari.
Sesi kedua dilanjutkan dengan presentasi dari Kota Semarang yang hadir dengan inovasi Sanpiisan (Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang). Inovasi dengan kategori pemberdayaan masyarakat ini muncul karena tingginya angka kematian ibu (AKI) pada 2015, yakni 35 kasus. Angka tersebut menjadi yang tertinggi se-Jawa Tengah. Maka dari itu, Dinas Kesehatan Kota Semarang bergerak memberdayakan masyarakat secara sinergi untuk mendekatkan akses layanan kesehatan, terutama kepada ibu hamil. Adanya Sanpiisan dapat mempercepat penemuan ibu hamil dan menjamin sang ibu mendapatkan layanan sedini mungkin sehingga tidak terlambat dalam penanganan.
Tak ketinggalan, Pemerintah Kota Tegal juga menunjukkan keunggulan inovasi e-Kelurahan yang dibawakannya. Layanan kelurahan berbasis tanda tangan elektronik ini dihadirkan untuk menghapus birokrasi yang panjang ketika masyarakat mengurus surat keterangan dan surat pengantar ke kelurahan, terlebih ketika pejabat yang berwenang tidak ada di tempat. "Dengan inovasi ini, diharapkan pelayanan menjadi lebih baik dan dapat memenuhi harapan masyarakat akan pelayanan publik yang prima," imbuh Sekretaris Daerah Kota Tegal Johardi.
Inovasi Aja Magiz (Aksi Jitu Atasi Masalah Gizi) dari Kabupaten Banjar menutup tahapan presentasi KIPP 2021 hari ini. Inovasi Aja Magiz merupakan pemantauan mandiri asupan makanan harian pada ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) dan balita gizi kurang/buruk yang diinisiasi oleh UPTD Puskesmas Pagentan 2. Pelaksanaan Aja Magiz dilakukan dengan memberdayakan sasaran atau keluarga sasaran secara mandiri, dibantu oleh kader setempat. Pemantauan dilakukan dengan menerapkan aksi JITU, yaitu Jadwal kontrol sasaran oleh petugas kesehatan, Ingatkan makanan sasaran oleh kader, dan Tuliskan makanan sasaran kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang atau buruk. Sasaran akan menuliskan asupan makan harian pada buku pemantauan Aja Magiz, kemudian ditindaklanjuti oleh petugas kesehatan dan dievaluasi saat kunjungan rumah serta kontrol setiap bulan. (nan/HUMAS MENPANRB)