Pin It

20140928 01

SURABAYA - Mendekati bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) per Januari 2015, Walikota Surabaya Tri Rismaharini makin gencar mempromosikan potensi yang dimiliki Surabaya ke forum internasional. Saat mengetahui bahwa Surabaya dijadikan ‘jujugan’ para duta besar negara sahabat. Kontan alumnus ITS ini mengiyakan tawaran dari Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Esti Andayani untuk menjadi pembicara dalam kegiatan yang bertajuk Updates from the Region (UFTR): Exploring the Potentials of Surabaya City.  

Menurut Esti, kegiatan tersebut merupakan salah satu program diplomasi ekonomi. Tujuannya, untuk mempromosikan potensi bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan pariwisata daerah guna membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak luar negeri. Esti memandang Surabaya sangat layak dikunjungi oleh para duta besar. Pasalnya, kemajuan kota sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal itu cukup menyita perhatian internasional.  “Surabaya sebagai bagian dari koridor II MP3I telah mewujudkan pengembangan proyek infrastruktur di bidang jasa dan pelayanan,” katanya.
 
Bagi Risma, hal ini merupakan peluang emas yang harus dimanfaatkan, tanpa harus jauh-jauh ke luar negeri. Bahkan para duta besar tersebut yang datang ke Balaikota Surabaya guna menyimak langsung paparan dari walikota.
 
Ke-22 duta besar maupun perwakilan tetap negara sahabat yang hadir dalam UFTR diantaranya dari Selandia Baru, Brunei Darussalam, Chile, Tiongkok, Cekoslowakia, Swedia, Laos, Rumania, Fiji, Iran, dan Malaysia. Tak ketinggalan dari Myanmar, Ukraina, Oman, Uzbekistan, Australia, Republik Korea, Vietnam, Singapura serta Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN.
 
Pada kesempatan itu, Walikota Risma memaparkan mulai dari pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pelayanan publik hingga upaya penanggulangan banjir. Menurut dia, yang menjadi perhatian utama saat ini adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sumber daya manusia agar mampu bersaing. “Untuk itulah, Pemkot Surabaya mengalokasikan 30 persen lebih dari total APBD-nya untuk sektor pendidikan,”ujarnya.
 
Dijelaskan, di Surabaya hingga jenjang sekolah menengah atas semuanya gratis. Begitu pula dengan akses kesehatan, dimana warga bisa memperoleh layanan kesehatan dengan cuma-cuma. Dengan demikian, warga tidak perlu memikirkan anaknya akan sekolah dimana atau harus berobat kemana. “Itu bisa mengurangi beban pikiran masyarakat,” imbuh Risma.
 
20140928 02
 
Namun diakuinya bahwa untuk pembangunan infratruktur tidak bisa dikesampingkan dalam hal menggaet investor agar tertarik menanamkan modalnya. Oleh karenanya, pemkot sejak beberapa tahun lalu membangun konsep jalan-jalan baru yang terintegrasi.
 
Walikota Surabaya mengatakan, bukan seperti tol yang berbayar, tetapi jalan-jalan yang bisa dilalui kendaraan secara gratis. Dengan begitu, asas keadilan akan terpenuhi karena warga punya pilihan untuk menggunakan jalan yang gratis atau berbayar. Rencananya, jaringan jalan baru itu akan mengkoneksikan beberapa obyek penting seperti pelabuhan, terminal maupun akses keluar-masuk dari kota/kabupaten lain di sekitar Surabaya. Beberapa jalan sudah terealisasi seperti MERR II-C, sebagian lainnya masih dalam proses.
 
Dari segi peningkatan ekonomi masyarakat, Risma menggarisbawahi bahwa peran usaha kecil menengah (UKM) tidak bisa dipandang sebelah mata. Betapa tidak, angka kemiskinan menurun seiring dengan melonjaknya jumlah pelaku UKM. Hal itu tak lepas dari peran serta berbagai pihak dalam memberikan pelatihan dan program-program pemberdayaan UKM.
 
Terkait lingkungan, warga kota Surabaya tampaknya sudah sadar akan pentingnya menjaga lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari mulai menjamurnya komunitas-komunitas yang mengelola bank sampah di kampung-kampung, yang mendatangkan banyak keuntungan karena adanya skema pemilahan. “Sampah organik akan diolah menjadi pupuk sedangkan yang anorganik akan dijual untuk didaur ulang,” ujarnya.
 
Dijelaskan, saat ini sudah ada lebih kurang 200 bank sampah di Surabaya. Dari sudut pandang ekonomi, perputaran uang di seluruh bank sampah itu mencapai USD 6.250 atau Rp 68.750.000 per bulan. Sedangkan dari sisi volume sampah, diketahui bahwa jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) selalu menurun dari tahun ke tahun.
 
Para duta besar terlihat serius menyimak data dan gambar yang ditampilkan di layar. Sesekali, pena mereka mencatat sesuatu setelah walikota menyelesaikan kalimatnya. Dubes Brunei Darussalam, Yang Mulia Dato Paduka Mahmud Saidin mengatakan, sebagian besar duta besar yang hadir sudah mengetahui sepak terjang Walikota Risma di kancah internasional. Apalagi setelah Surabaya berhasil menyabet sejumlah penghargaan dari mancanegara.

“Kami merasa tidak rugi datang ke sini karena pada hari ini kami semua berkesempatan mendengarkan langsung pemaparan dari salah satu kandidat walikota terbaik dunia. Untuk itu, sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat yang telah diberikan,” kata Mahmud Saidin mewakili para dubes yang lain. (pr/ags/HUMAS MENPANRB)