JAKARTA – Sudah sepatutnya sains dan teknologi tidak hanya dinikmati oleh komunitas sains semata, tetapi juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal tersebut dipercayai oleh Ajeng Arum Sari, seorang aparatur sipil negara (ASN) yang mengabdi sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Sebagai peneliti ASN, saya berusaha menjadi agen perubahan untuk mendorong pembentukan masyarakat Indonesia berbasis sains yang rasional, kritis, dan peka terhadap kemajuan zaman,” ujar perempuan yang bekerja di Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI ini.
Berpegang pada ilmu sains yang dimiliki, ia melakukan penelitian dan mengembangkan inovasi untuk memecahkan permasalahan dalam lingkungan masyarakat. Ajeng dan tim berhasil mengembangkan bioplastik dan biofoam untuk menggantikan plastik konvensional secara bertahap.
Hasil penelitian Ajeng dan tim terkait monitoring sampah plastik di sungai Citarum adalah 80 persen dari total berat sampah adalah sampah plastik. Jumlah sampah plastik dalam 1 hari sebanyak 5.000 buah, setara dengan 1 ton. Dengan penelitian tersebut, beberapa teknologi juga dikembangkan, salah satunya imobilisasi enzim ligninolitik pada matrik biomaterial dan adsorpsi dari adsorben limbah biomassa untuk mendegradasi limbah tekstil.
Berkat penelitiannya tersebut, Ajeng dan timnya berhasil mendapatkan penghargaan Best Innovation Award dari Hitachi Global Foundation pada ajang Asia Innovation Award 2020. Penghargaan tersebut diberikan kepada inovator atas pencapaian luar biasa dalam bidang penelitian dan pengembangan sains dan teknologi serta dampak sosialnya dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Kepemimpinan Ajeng di LIPI membuatnya terpilih sebagai Top 10 PNS Kategori The Future Leader dalam ajang Anugerah ASN 2020 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Keberhasilannya berakar dari tiga tujuan yang ingin dicapai dalam bekerja, yaitu science for science, science for community, dan science for stakeholder. “Tiga hal tersebut yang menjadi modal dasar saya dalam menjadi the future leader,” imbuhnya.
Keluarga adalah pemantik Ajeng untuk memutuskan meniti karier sebagai ASN peneliti. Ayahnya adalah sosok yang berperan mengajarkan untuk selalu aktif berorganisasi dan menjadi pemimpin yang baik, sementara paman dan bibinya menjadi inspirasi untuk menjadi peneliti. Karena itu, ia semakin semangat dan tulus mengabdikan dirinya untuk masyarakat.
Selain mendapat kebahagiaan dari pengabdian, Ajeng mengakui bahwa ia menemukan berbagai sisi positif menjadi peneliti. Salah satunya adalah mendapat banyak relasi dan pengalaman. Sebagai seorang pemimpin, ia berkomitmen untuk selalu mengajak civitasnya tumbuh bersama dan berkolaborasi dengan banyak pihak.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengakui pengaruh yang diberikan Ajeng terhadap timnya sangat tinggi hingga mengantarkan mereka meraih penghargaan, meskipun timnya terdiri dari banyak orang. “Dokter Ajeng memiliki kemampuan yang sangat tinggi, memimpin hampir 100 orang peneliti terkait dengan loka penelitian teknologi bersih dari berbagai disiplin ilmu,” ujar Handoko.
Penghargaan juga ia terima pada tahun 2018 yakni Satya Lancana Pembangunan, sebuah penghargaan dari Presiden RI atas kontribusi IPTEK untuk masyakarat, berupa penerapan teknologi elektrokoagulasi untuk mengatasi masalah pencemaran air di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat.
Salah satu penelitian yang dilakukan Ajeng saat ini berfokus pada pengelolaan merkuri. Berkat konsistensi dan keuletannya melakukan penelitian tentang merkuri, Ajeng terpilih menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk mengikuti Minamata Convention. Dalam konvensi yang dihadiri oleh para ahli dari penjuru dunia tersebut, ia hadir untuk menyampaikan pandangan terkait ambang batas limbah merkuri.
Peran Ajeng tidak hanya sebatas mewakili Indonesia di kancah internasional, ia ingin membantu memecahkan permasalahan merkuri di Indonesia yaitu dengan mewujudkan rencana untuk membuat produk atau teknologi monitoring dan pengelolaan merkuri. Rencana selanjutnya adalah membuat rekomendasi kebijakan terkait teknologi pengelolaan merkuri. Semua ini dilakukan untuk mendukung Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri untuk mencapai tujuan Indonesia Bebas Merkuri 2030. (clr/HUMAS MENPANRB)