Menteri Syafruddin saat memberikan keynote speech pada acara Eastern Regional Organization for Public Administration (EROPA) Conference, di Hotel Sofitel Nusadua, Bali, Senin (17/09).
BADUNG - Di era Revolusi Industri 4.0 ini, tantangan dunia semakin kompleks dan menimbulkan tantangan megatrend yang perlu diantisipasi. “Terdapat tiga hal untuk menjawab berbagai tantangan global, serta mengantisipasi perkembangan teknologi yang masuk di era revolusi industri 4.0,” ujar Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin dalam sambutan acara Eastern Regional Organization for Public Administration (EROPA) Conference, di Hotel Sofitel Nusadua, Bali, Senin (17/09).
Disampaikan bahwa tiga hal untuk mengantisipasinya yakni proses, bagaimana mengintegrasikan pelayanan publik berbasis IT dan mengantisipasi perkembangan nanoteknologi dan kecerdasan buatan. Hal kedua adalah perbaikan organisasi, bagaimana menciptakan desain organisasi yang lincah, dan berdasar pada prinsip seluruh instansi serta akuntabel. Hal lainnya adalah dengan SDM, yakni bagaimana mendorong pembelajaran dilingkungan kerja juga kolaborasi antar pegawai.Disampaikan bahwa tiga hal untuk mengantisipasinya yakni proses, bagaimana mengintegrasikan pelayanan publik berbasis IT dan mengantisipasi perkembangan nanoteknologi dan kecerdasan buatan. Hal kedua adalah perbaikan organisasi, bagaimana menciptakan desain organisasi yang lincah, dan berdasar pada prinsip seluruh instansi serta akuntabel. Hal lainnya adalah dengan SDM, yakni bagaimana mendorong pembelajaran dilingkungan kerja juga kolaborasi antar pegawai.
"Terdapat tiga hal untuk menjawab berbagai tantangan global, serta mengantisipasi perkembangan teknologi yang masuk di era revolusi industri 4.0 : proses, perbaikan organisasi dan SDM."
Era baru yang ditandai dengan megatrend di bidang teknologi informasi ini, menjadikan Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA) lebih terasa. Penggunaan perangkat berkoneksi internet telah berkembang pesat sehingga pemerintah harus semakin inovatif.
Dalam kesempatan tersebut, ia menceritakan bahwa belum lama ini melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan mendampingi Presiden RI dalam rangka melakukan MoU dengan Ministry of Personnel Management (MPM) dan Ministry of Interior and Safety (MOIS) guna mendorong sistem manajemen ASN yang lebih baik lagi.
“Saya melihat bahwa banyak negara maju dan berhasil sangat ditentukan oleh faktor SDM aparatur yang memiliki kapabilitas, kompatibel, akseptabel, akuntabel, responsif terhadap perkembangan zaman now,” ujarnya.
Disebutkan bahwa pemerintah saat ini telah mengantisipasi berbagai hal dalam merespon perubahan global dengan melakukan penataan manajemen ASN, yakni dengan penerapan Human Capital Management Approach. Selain itu dalam pengembangan kompetensi ASN, pihaknya menerapkan pendekatan Corporate University yang menitikberatkan pada pembelajaran ditempat kerja, melalui coaching dan mentoring.
Selain itu, pemerintah juga tengah mengembangkan model-model pertukaran pegawai dan magang antar instansi pemerintah maupun dengan instansi non-pemerintahan. Serta yang tidak kalah pentingnya penerapan kebijakan One Agency One Innovation, yang diharapkan dapat menanamkan mentalitas inovasi dan menciptakan inovasi dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Adi Suryanto, President Local Autonomy College Japan Shigeru Matsuzaki, Assistant Researcher China Academy of Personal Science Li Yu, President NHI & Eropa EC Chair Yang Hyang Ja, Sec-General EROPA Orlando Mercado, Joint Secretary Ministry of Federal Affairs and General Administration Nepal Bhup Baral, dan lainnya. (byu/HUMAS MENPANRB)