BANDUNG – Setelah lebih dari 40 tahun lulus dari ITB, Azwar Abubakar, sempat mengenang kembali kisah seorang anak desa dalam perjalanannya dari Aceh ke Bandung dengan menumpang kapal Tampomas. “Orang daerah biasanya agak grogi saat masuk Institut Teknik Bandung ( ITB), seperti dari daerah antah berantah,” ujarnya mengenang masa lalu.
Insinyur Arsitek ini yang kini menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Azwar Abubakar mengunjungi kampus tercintanya, dalam reuni dengan para alumni serta dosen ITB, Sabtu (22/06).
Dia mengatakan, untuk menjadi arsitek, selain bakat juga diperlukan kerja keras dan kesabaran. “Orang Aceh seperti saya sering kurang sabar. Makanya saya bersyukur mendapat guru yang mengajarkan saya tentang kehidupan. Misalnya seperti jangan jadi orang yang suka minta tolong dengan orang lain,” Azwar berkisah.
Azwar menyatakan kebanggaan tersendiri menjadi seorang arsitek. Selain berprofesi sebagai arsitek, lulusan arsitektur bisa juga menjadi walikota, politisi, pengusaha, dan sebagainya. “Hanya saja waktu itu tidak disebutkan bisa menjadi menteri,” ucapnya berkelakar.
Pasalnya, sebagai Menteri PANRB dia harus melakukan pekerjaan yang sangat kompleks dalam waktu hanya tiga tahun. “Dalam waktu selama tiga tahun, harus memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi setengah abad,” tutur Menteri.
Sebagai arsitek, langkah awal yang harus dilakukan adalah menemu kenali masalah pokok. Pada bulan kedua, sudah ada rencana untuk melaksanakan gerakan reformasi birokrasi sambil menyiapkan yang lain. “Menghemat grace period. Yang bisa dikerjakan, dipercepat,” ujarnya bersemangat.
Azwar menerapkan ilmunya sebagai arsitek tidak saja ketika menjadi Menteri PANRB. Saat menjadi Wakil Gubernur dan Plt. Gubernur Aceh, kepiawaian sang arsitek juga diuji. Ditambah dengan ilmu manajemen yang diperoleh saat kuliah S2, Azwar Abubakar dihadapkan pada bencana tsunami, serta penanganan masa konflik Aceh. Ternyata ilmu arsitektur juga bisa diterapkan dalam perdamaian, pemulihan, reformasi birokrasi.
Dalam acara reuni yang dipandu oleh Budayawan Sujiwo Tedjo itu, secara khusus Azwar Abubakar menyampaikan apresiasi kepada para guru (dosen). Guru sebagai pembuka kegelapan, dalam menghadapi kehidupan sebagai alumni arsitek ITB, yang menjadi senior role model. Para guru mengajarkan mengambil keputusan. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Azwar sempat menyebut nama Ciputra yang juga alumnus Arsitek ITB. Meski, umurnya sudah 70-an, masih gairah optimis. “Jangan terbuai karena usia muda, karena untuk mati tidak perlu tua. Jangan terbuai karena sehat, karena untuk mati tidak perlu sakit,” ucap pria yang pada tanggal 21 Juni 2013 lalu genap berusia 61 tahun ini. (bby/swd/HUMAS MENPANRB)