JAKARTA – Wajah-wajah ceria terpancar dari 24 pemudi dan 23 pemuda, yang dibalut dengan pakaian putih hitam. Seperangkat perlengkapan berupa koper atau tas berukuran jumbo dengan pernak-pernik bekal turut menyemarakkan prosesi pembukaan orientasi wawasan dan tugas (Orwastu) 47 calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Senin (10/03).
Sebuah tas plastik tampak terbuka, berisi cemilan dan beberapa bungkus makanan ringan sempat mengundang perhatian. Betapa tidak, cemilan itu umumnya kerupuk. “Mungkin dia tak bisa lepas dari kerupuk,” ujar salah seorang panitia yang sempat melongok isi plastik kresek yang berada di antara sekumpulan barang-barang peserta Orwastu.
Bukan saja para CPNS yang terlihat girang di ruang Serbaguna Kementerian PANRB. Para orang tua CPNS yang hadir pun turut melambungkan senyum, tandanya merasa bangga, lantaran anaknya diterima menjadi CPNS. Hal itu cukup beralasan, karena anaknya dapat melewati seleksi CPNS nyaris tanpa gangguan dari para calo. “Sama sekali tak ada yang pernah menawari saya untuk membayar sejumlah uang agar bisa dietrima menjadi CPNS,” ujar Hasmince Purba, seorang guru sejarah sebuah SMA Negeri di Jakarta Timur.
Dia cukup puas, karena keberhasilan putera pertamanya lolos menjadi CPNS Kementerian PANRB dilaluinya dengan belajar keras, bukan lantaran nyogok. Apalagi sudah berkali-kali Juanhandy Sialagan, puteranya, mengikuti tes CPNS. Sejak tahun 2007, Sarjana Hukum Perdata ini mengikuti seleksi di sejumlah kementerian.
Namun kegagalan yang dialaminya, tidak membuat Juan putus asa. Dorongan sang ibu untuk belajar dan belajar terus rupanya diamini. “Saya sempat ikut tes psikotes di UI, ikut bimbingan belajar di Lebak Bulus, dan belajar semua materi tes CPNS,” ujar Juan. Bahkan untuk tes kompetensi dasar (TKD), dia lulus di beberapa kementerian.
Keberhasilannya kali ini semakin menguatkan keyakinannya, bahwa seleksi CPNS kali ini sudah berubah. Hanya yang benar-benar bisa mengerjakan soal dengan benarlah yang bisa lulus. Apalagi dengan sistem CAT yang sudah diterapkan di sejumlah instansi, semakin meyakinkan bahwa tes CPNS tak bisa ditembus oleh calo.
Bukan hanya keluarga PNS yang bisa lulus dan diterima menjadi CPNS. Orang tua Devri Amarta, misalnya. Ayahnya, Hadi Wartono (46) merupakan seorang juru mudi kapal di sebuah perusahaan asing. Sedangkan ibunya, Kasturiah (45), sehari-hari berprofesi sebagai penjahit, di Jakarta Utara.
Sang ayah menginginkan agar kehidupan anaknya tidak seperti dirinya, yang mengaku bekerja sebagai pegawai kontrak. “Saya bangga anak saya lulus menjadi CPNS. Semoga hidup dia lebih baik dari saya, dan saudara-saudaranya dapat mengikuti jejak Devri, menjadi pegawai negeri,” imbuh Hadi Wartono.
Namun, sang juru mudi ini tidak percaya dengan rumor yang beredar di sementara kalangan bahwa untuk menjadi PNS harus bayar. Kalaupun ada orang yang mengaku bisa meluluskan anakanya menjadi CPNS dengan bayaran sejumlah uang, Hadi mengaku tak akan goyah. “Lebih baik digunakan untuk modal usaha, kalau harus bayar,” ujarnya.
Sementara Kasturiah, sang isteri mengatakan, kalau menjadi PNS itu mendapat pensiun. “Jadi masa depannya terjamin,” ujarnya, meski dia mengaku belum sepenuhnya mengerti profesi PNS.
Devri merupakan lulusan SMK jurusan mesin. Sebelum diterima menjadi CPNS, dia sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai tenaga kontrak. Devri terus berusaha mencari pekerjaan tetap.
Selain orang tua Juan dan Devri, orang tua Arif Lukman Hakim, Kusnadi (72) yang merupakan Purnawirawan ABRI juga hadir di Kementerian PANRB. Pria asal Kediri ini mengaku sangat gembira, lantaran putera bungsunya bisa mendapat mandat untuk melaksanakan tugas negara.
Dikatakan, dia memberi kebebasan kepada Arif untuk menjadi apa saja. Dengan diiterimanya menjadi aparatur negara, tentu merupakan kebanggan tersendiri. Dia pun wanti-wanti kepada Arif, dan seluruh CPNS untuk mengabdi dengan jujur, benar dan sukarela untuk negara. “Saya optimis kalau pandangan masyarakat mengenai aparatur Negara yang kurang bagus selama ini pasti akan berubah,” tutur pria yang tinggal di Bekasi.
Peltu. Laut Patma Indrijanti, yang juga menghadiri pembukaan Orwastu CPNS Kementerian PANRB tak mau ketinggalan turut menyatakan kegembiraannya, lantaran puteri pertamanya Meyga Primadianti juga lulus tes CPNS. Meski harus minta ijin dari kantor tempatnya bekerja, Patma berusaha hadir di Kementerian PANRB.
Kalau orang tua Juan yang terus mendorong anaknya untuk belajar, ibu Meyga ini mendorong sang puteri untuk terus meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Dia berharap, setelah nanti menjadi PNS, Meyga mendapat kesempatan untuk meraih bea siswa, agar bisa lebih cepat meningkatkan kariernya.
Kehadiran orang tua dalam pembukaan Orwastu CPNS Kementerian PANRB bukan tanpa alasan. Di satu sisi, mereka bisa menyaksikan dan bersosialisasi dengan orang para tua CPNS. Tetapi di sudut lain mereka diharapkan bisa menjadi saksi bahwa seleksi CPNS di Kementerian PANRB, dan seleksi CPNS pada umumnya benar-benar bersih, obyektif, transparan bebas dari KKN, tidak dipungut biaya. Pada gilirannya, mereka bisa menularkan informasi itu kepada saudara, tetangga, teman, serta masyarakat pada umumnya, bahwa seleksi CPNS di tanah air sudah berubah, seiring dengan reformasi birokrasi. (ags/bby/HUMAS MENPANRB)