Walikota Surabaya Tri Risma Harini bersama anak-anak saat tampil di Balai Pemuda Surabaya, Jumat (19/08)
SURABAYA - Balai Pemuda diharapkan akan menjadi “panggung besar” bagi anak-anak di Surabaya untuk menampilkan kemampuannya dalam menari, bermusik dan berkesenian. Harapan besarnya, penampilan di Balai Pemuda itu bisa menjadi awal bagi anak-anak di Surabaya untuk tampil profesional di panggung dunia.Harapan tersebut disampaikan WaliKota Surabaya, Tri Rismaharini ketika membuka pameran pendidikan non formal dan informal se-Kota Surabaya di Balai Pemuda Surabaya, Jumat (19/8/2016).
Walikota mengaku bangga dengan prestasi anak-anak Surabaya dalam berkesenian yang merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal.Agenda pembukaan tersebut dimeriahkan dengan berbagai aksi seni anak-anak Surabaya. Seperti pertunjukan tari remo, tari yoyo modern, pertunjukan busana dan permainan angklung yang memikat dari anak-anak berkebutuhan khusus. Wali kota bersama puluhan anak juga menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku”.“Saya ingin Balai Pemuda jadi tempat pertunjukan seni bagi anak-anak Surabaya. Saya mohon anak-anak yang sekolah tari, jangan minder. Kalian harus bangga. Selama kalian berprestasi, kalian bisa menjadi profesional. Ruang itu kini terbuka bagi kalian. Karena anak-anak yang berprestasi bukan hanya dibidang akademik,” tegas walikota.
Menurut walikota, bisa melihat anak-anak Surabaya tampil berkesenian di Balai Pemuda merupakan salah satu cita-cita awal ketika dirinya menjabat “orang nomor satu” di Kota Surabaya. Untuk itu, walikota perempuan pertama di Surabaya ini mendorong Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan beberapa dinas terkait lainnya, untuk membantu mewujudkan harapan itu. “Tujuannya agar warga paham budaya (culture). Dan itu bukan hanya musik dan tari. Tetapi bagaimana perilaku kita terbentuk. Kini semua tamu yang datang ke Surabaya, bisa bilang bahwa Surabaya kota yang berbudaya,” jelas Risma.
Disampaikan, kemampuan seni anak-anak Surabaya sudah mendapatkan apresiasi positif dari tamu-tamu luar negeri yang berkunjung ke Surabaya. Ketika Surabaya jadi tuan rumah agenda Preparatory Committe 3 for Habitat III pada 25-27 Juli lalu, anak-anak dari mulai jenjang TK hingga SMA mendapatkan kesempatan unjuk kemampuan menari di Balai Kota disaksikan ribuan delegasi dari ratusan negara. “Dan beberapa tamu bilang penampilan anak-anak luar biasa. Ada yang bilang pertunjukannya sudah sekelas internasional. Bahkan ada yang bilang katanya sudah setaraf broadway (teater profesional yang paling dikenal oleh publik Amerika),” sambung peraih penghargaan Ideal Mother dari Universitas Kairo ini.
Walikota berharap, agenda yang menampilkan pertunjukan kemampuan anak-anak dalam berkesenian, bisa lebih sering digelar di Surabaya. Sehingga, anak-anak bisa lebih sering tampil dan anak-anak lainnya juga bisa melihat dan termotivasi. "Saya juga ingin ada pengajar yang bisa lihat ke broadway sana. Supaya wawasannya bertambah dan bisa mengajarkan anak-anak hal-hal baru,” jelas mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya ini.
Kepada para pendidik di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), Risma menyampaikan agar mereka tidak lelah untuk mendorong anak-anak didiknya punya semangat juang tinggi. “Tolong para pendidik LKP dan PKBM untuk berprestasi. Bukan hanya di bidang akademis karena setiap anak itu punya keahlian berbeda. Mari buat anak-anak kita beprestasi di tingkat dunia,” ujarnya Walikota yang bulan lalu dianugerahi cucu pertama ini.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ihsan menegaskan, pameran pendidikan non formal dan informal ini merupakan yang kedua kalinya digelar di Surabaya. Untuk tahun ini, tema yang diambil adalah pendidikan life skills dan kesetaraan membangun insan berdaya saing global dengan memegang teguh kearifan lokal.“Pameran ini diikuti 109 peserta. Kami memilih yang terbaik dari ratusan LKP dan PKBM di Surabaya. Selain untuk eksebisi belajar, masyarakat bisa melihat dan memilih bergabung,” jelas Ikhsan. (ags/HUMAS MENPANRB)