Pin It

 

 

BOGOR - Ketersedian blangko E-KTP yang terkendala di pusat (Kementerian Dalam Negeri) rupanya berimbas hingga ke daerah, baik di Kota/Kabupaten di Indonesia. Tak terkecuali di Kota Bogor. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bogor terus menggeber proses pencetakan E-KTP, hal ini dilakukan lantaran Kemendagri melalui Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil telah mendistribusikan 60 ribu blangko E-KTP sesuai permintaan dari Wali Kota Bogor Bima Arya sebelumnya.

Namun dibalik proses pencetakan E-KTP yang ditargetkan rampung hingga 2 minggu itu, ada sosok petugas bagian pencetakan hingga 24 jam dengan dibagi dalam dua shift, yakni pagi dan malam hari yang bertugas. 

Kasi Sistem Informasi Administasi Kependudukan (SIAK) Disdukcapil Kota Bogor Mugi Lastono yang juga salah satu petugas bagian pencetakan menceritakan kesehariannya yang harus standby mencetak E-KTP dibantu stafnya Cecep Supriadi dan 3 petugas Non PNS Parwis Nasution, Imam Teguh, Fajarudin.

“Ada 5 orang bagian pencetakan E-KTP yang dibagi dua shift, dari jam 08.00 WIB - 20.00 WIB dan jam 20.00 WIB - 08.00 WIB termasuk hari Sabtu dan Minggu masuk, satu orang dituntut untuk mengerjakan banyak pekerjaan dan aplikasi. Sebenarnya kami kekurangan personil tetapi karena anggarannya tidak ada jadi memaksimalkan yang ada dan tidak ada anggaran tambahan khusus,” katanya di Bogor, Selasa (14/11/2017) 

Untuk mengatur waktu dengan keluarganya Mugi mengaku sudah memberikan pengertian kepada keluarganya karena ini sudah menjadi konsekuensi dan tanggung jawabnya bekerja di bagian pelayanan Disdukcapil Kota Bogor. “Jadi untuk waktu bersama keluarga sebisa mungkin kalau ada waktu luang saja, mereka juga sudah mengerti pekerjaan saya,” tutur Mugi yang dipromosikan sejak tahun 2007 sebagai Kasi SIAK Disdukcapil Kota Bogor.

Ia menyebut, di Kota Bogor ada kurang-lebih 31.000 warga yang sudah masuk dalam Print Ready Record (PRR) atau siap cetak, Sent For Enrolment 22.000 warga atau datanya sedang dalam proses ke pusat dan Bio Capture 8.000 warga atau baru melakukan perekaman.  “Untuk data Bio Capture ini kami kirim ke pemerintah pusat, kemudian dipusat akan diolah terlebih dahulu dan dilakukan penunggalan data. Jadi semuanya kurang lebih ada 61.000 E-KTP warga yang harus dicetak,” terangnya.

Dalam sehari, pihaknya mampu mencetak lebih dari 4.000 E-KTP dengan menggunakan enam mesin cetak. Awalnya sesuai sistem dari pusat setiap mesin cetak hanya mampu mencetak hingga puluhan E-KTP saja, namun setelah sistemnya dikembangkan dalam satu klik saja mampu mencetak ratusan E-KTP termasuk penggunaan mesin chip-nya lebih banyak sehingga prosesnya lebih cepat. “Secara garis besar kendala pencetakan E-KTP seperti delay-nya jaringan, menunggu konfirmasi database dari pusat dan tintanya. Tapi semuanya sudah diantisipasi,” ujar Mugi.

Mugi menerangkan, apabila proses pencetakan selesai E-KTP selanjutnya akan didistribusikan ke Kecamatan kemudian dari Kecamatan selanjutnya didistribusikan ke Kelurahan dan aparat Kelurahan yang membagikan langsung kepada warga.

Sementara itu, petugas pencetakan E-KTP lainnya Cecep Supriadi mengaku tertantang dengan tugas yang diembannya sebagai pelayan masyarakat, apalagi saat ini kebutuhan blangko E-KTP sudah dipenuhi pemerintah pusat. “Alhamdulillah saya diberikan kepercayaan disini, meskipun saat ini tidak bisa pulang ke rumah sesuai dengan jam kerja, tapi ini sudah menjadi kewajiban saya,” katanya.

Cecep juga bercerita, pegawainya harus ekstra sabar menghadapi warga karena setiap hari mendengar kelurahan masyarakat yang kesal. Hal itu menjadi rutinitas.  Namun ia juga memaklumi, reaksi warga tersebut sebagai ekspresi wajar karena ketidaktahuan tentang sistem atau mendapat informasi simpang siur mengenai E-KTP, sementara itu mereka sudah ingin memiliki E-KTP. (PR)