JAKARTA - Naskah Nusantara adalah dokumen tertulis yang menjadi khasanah karya budaya bangsa Indonesia. Kekayaan naskah Nusantara melimpah, dan tersebar di hampir seluruh kepulauan di Indonesia. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa, kumpulan naskah Nusantara merupakan bagian sumber inspirasi para pendiri bangsa. Pancasila sendiri disusun berdasarkan konsensus yang dilandasi oleh sumber pengetahuan yang berasal dari naskah Nusantara. Bahkan, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” tergali dari naskah Jawa Kuno yang berjudul Sutasoma.
Naskah-naskah Nusantara bukan hanya mengandung kisah-kisah sastra, tapi melingkupi dihampir semua bidang kehidupan manusia. Kearifan-kearifan lokal seperti nilai-nilai toleransi dan akulturasi tertuang dalam naskah-naskah keagamaan telah dipraktekkan dan diaktualisasikan masyarakat Indonesia sejak masa lalu, dan perlu terus-menerus disosialisasikan.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menjelaskan bahwa esensi perpustakaan adalah kemampuannya untuk mengeksplorasi, mendiseminasikan, dan menyajikan tentang sejarah perjalanan sebuah peradaban yang direkam dalam berbagai medium yang disebut manuskrip. "Dunia ini memang sangat gelap tanpa sejarah dan manuskrip itu sendiri adalah warna warni dan corak daripada sejarah itu sendiri. Perpustakaan Nasional diakuinya memiliki koleksi naskah dari abad ke-5 dan masih terawat hingga kini,” imbuhnya saat membuka pagelaran Festival Naskah Nusantara IV di Jakarta, Senin, (17/9).
Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Munawar Holil menyampaikan Manassa memiliki cita-cita suatu saat nanti akan ada banyak orang yang menaruh perhatian pada naskah sebagai salah satu tinggalan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang berisi banyak aspek kehidupan yang bukan saja penting pada masa lalu tapi untuk masa kini dan masa depan.
Ia pun membagi pengalamannya kala mengikuti konferensi di Malaysia. "Mereka sudah jauh melakukan penelitian tentang pengobatan di dalam manuskrip, padahal penyelenggara sama sekali tidak mengerti tentang manuskrip. Para ahli pengobatan mengatakan banyak sumber-sumber lisan dan tulisan di nusantara yang bisa digali tanpa harus mengacu ke barat," terang Munawar.
Sinergi Perpusnas dengan Manassa sepanjang Festival Naskah Nusantara digelar tidak hanya menyelenggarakan seminar tetapi juga mengintegrasikan dengan kegiatan lainnya seperti pameran naskah dan lokakarya sehingga generasi muda dapat menyebarluaskan melalui media sosial milik mereka.
Memang, sebagian naskah yang ada masih memerlukan penelitian lebih lanjut oleh para filolog seiring dinamika perkembangan ilmu pengetahuan. Pengkajian naskah bersifat interdisipliner dan melibatkan berbagai ahli dan stakeholder, sehingga dampak dari hasil penelitian itu dapat lebih diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia masa kini.
Festival Naskah Nusantara IV mengusung tema “Relevansi, Kontekstualisasi, dan Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan dalam Naskah Nusantara Menuju Indonesia Maju”, dan berlangsung selama sepekan (17-22 September). Setiap hari masyarakat disuguhkan oleh berbagai seminar internasional dengan tema-tema, antara lain menyoal pendidikan berkarakter menuju revolusi mental, aktualisasi hukum adat, nilai-nilai luhur keagamaan, dan jati diri bahari Indonesia.
Festival Naskah Nusantara IV menampilkan 17 pembicara lintas disiplin dari dalam dan luar negeri serta stakeholder terkait, antara lain praktisi pendidikan Arief Rahman, pakar hukum tata negara Jimly Asshiddique, Yudi Latief, Lukman Hakim Saifuddin, Susi Pudjiastuti, sejumlah akademisi, filolog, dan sejarawan. "Melalui kegiatan ini, kami berharap naskah nusantara semakin mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan, baik pemerintah, akademisi, swasta dan masyarakat luas," jelas Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana.
Selain diisi dengan seminar internasional, semarak Festival Naskah Nusantara juga diramaikan dengan pameran naskah nusantara yang menampilkan naskah-naskah kuno koleksi Perpusnas, lokakarya terkait tradisi pernaskahan nusantara, pembuatan topeng kayu, pembuatan/penulisan aksara di media lontar dan kertas daluang, pembuatan wayang panji dari kayu, perawatan naskah melalui digitalisasi, bazaar buku, lomba foto, hiburan musik tradisional, seperti tembang Macapat, kecapi suling, karinding, keroncong, dan pop modern. (HUMAS PERPUSNAS)