Surabaya, Jawa Timur – Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengelar Kongres XIV dan Seminar Ilmiah Indonesia dengan tema “Transformasi Pustakawan dalam Mendukung Tujuan Pembangunan” di Surabaya, Jawa Timur, pada 9-12 Oktober 2018. Kongres yang diadakan tiga tahun sekali ini dihadiri 725 peserta dari seluruh Indonesia.
Pustakawan sebagai motor penggerak perpustakaan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Karenanya, pustakawan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. “Pustakawan selalu dituntut menambah wawasan dan selalu menempatkan diri sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Kongres ke-XIV IPI dan Seminar Ilmiah 2018 ini merupakan salah satu upaya pustakawan untuk menambah wawasan dan kompetensinya,” jelas Ketua Umum IPI Dedi Junaedi saat membuka acara.
Saat ini, menurut Dedi, perpustakaan diakui memiliki dampak bagi masyarakat luas termasuk menunjang tujuan pembangunan berkelanjutan. Karenanya, dengan meningkatkan profesionalisme dan kompetensi, pustakawan didorong memberikan layanan prima untuk masyarakat.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyatakan perpustakaan memiliki kaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia. Karenanya, menghadapi revolusi industri 4.0, perpustakaan dan pustakawan harus mengubah paradigmanya. Paradigma bahwa perpustakaan hanya diam menunggu pemustaka datang dan koleksinya dipinjam, dianggap sudah usang.
“Pada masa depan, perpustakaan harus mengubah paradigma, harus menjangkau masyarakat. Perpustakaan mengambil bagian dalam membangun bangsa. Karena di UU Perpustakaan, perpustakaan menjadi urusan wajib non-dasar. Dibentuk kelembagaan sebagai bagian dari pemerintahan. Karenanya dinas provinsi, kabupaten harus mampu menunjukkan kinerjanya terhadap gubernurnya, bupatinya, wali kotanya. Jika hanya mengumpulkan koleksi bahan pustaka dan tidak ada yang membacanya, maka dia akan menurunkan kinerja gubernur, bupati, wali kota,” jelas Syarif Bando saat memberikan sambutan.
Perpustakaan didorong agar tidak hanya berkutat soal pengembangan dan klasifikasi koleksi bahan pustaka. Perpustakaan selayaknya berperan mengedukasi masyarakat khususnya di daerah pedesaan, terpencil, dan terluar. Karena bekal pengetahuan yang diberikan pustakawan bermanfaat untuk membangun insan yang mandiri.
Syarif Bando berpesan kepada para pustakawan agar menunjukkan eksistensinya dan meningkatkan pemahaman tentang literasi. “Kita jangan mengeluh kalau pustakawan dan dinas perpustakaan dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tidak ada sesungguhnya yang memandang seperti itu, kecuali pustakawannya memble,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono merasa bangga menjadi bagian dari tonggak sejarah IPI. Menghadapi era industri 4.0, Pemerintah Provinsi Jatim terus mengikuti perkembangan teknologi yang ada dengan memanfaatkan teknologi informasi layanan perpustakaan digital yang bisa diakses masyarakat tanpa dibatasi tempat dan waktu.
Kongres ke-XIV IPI mengagendakan pemilihan kepengurusan baru untuk periode 2018-2021. Pada Kamis (11/10), Kongres akan menggelar pertanggungjawaban program kerja IPI periode 2015-2018, menyusun program baru, dan mereview AD/ART, dan Kode Etik. Seminar Nasional yang digelar pada Rabu (10/10) menghadirkan narasumber dari lintas keilmuan, di antaranya Presiden Terpilih International Federation of Library Associations and Intitutions (IFLA) Christine MacKenzie, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Pendiri Indonesia One Search (IOS) Ismail Fahmi, perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PANRB, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Ristekdikti. (PR)