TASIKMALAYA - Sejak alih kelola SMA/SMK kabupaten/kota ke Provinsi Jawa Barat, Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan intens galakkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan Sosialisasi Jabar Tolak Kekerasan pada Anak di sekolah-sekolah Jawa Barat.
Kali ini Netty berkunjung ke SMAN 1 Kota Tasikmalaya didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi. Sambil berinteraksi dengan pelajar, Netty bertanya apa yang disukai di sekolah tapi jawabannya cukup miris yaitu adanya jam kosong, guru rapat, tidak ada ulangan dan tidak ada PR.
"Gimana caranya kalian jadi pemimpin bangsa? Kalau kalian berpikir untuk maju untuk sukses tapi jam kosong terus menerus, guru rapat dan pulang cepat," seloroh Netty dihadapan pelajar dan Guru SMAN 1 Kota Tasikmalaya, Kamis (9/2/17).
Netty mengatakan ternyata inilah situasi yang digambarkan oleh Pisani dari hasil test PIAAC (Programme For The International Assessment of Adult Competencies) tentang kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah di salah satu kota besar. Dapat disimpulkan Indonesia mendapatkan skor kurang dari level 1 dalam hal kemampuan literasi, artinya kita adalah negara dengan rasio orang dewasa berkemampuan membaca terburuk di tahun 2016 dari 34 negara OECD (Organisasi Untuk Kerja Sama Ekonomi dan pembangunan).
Jadi bisa dikatakan, tutur Netty, ada sinyal bahaya pada peradaban karena kita tidak suka membaca yang akhirnya dilindas jaman. Itu artinya Indonesia mengalami lompatan yang luar biasa dari masyarakat plariteral ke digital. Yang berakhir pada permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat saat ini.
"Jumlah ponsel di Indonesia melebihi jumlah populasi yaitu 250 juta jumlah penduduk sedangkan 281.4 juta ponsel," kata Netty.
Memalui ponsel banyak yang dapat dilihat yang semuanya belum tentu baik dan bermanfaat. "Karena media membuat segala sesuatu menjadi absurd,yang benar jadi salah yang salah jadi tuntunan," lanjutnya.
Oleh karena itu, Netty menegaskan Gerakan Literasi Sekolah dapat meningkatkan minat baca dikalangan pelajar di Jawa Barat. Melalui membaca generasi muda mampu literasi media, literasi masalah dan literasi kondisi sehingga tidak terlena oleh jaman. (HUMAS JABAR)