Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Sekolah Menengah Pertama dan Direktorat Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen), menggelar kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema ‘Pengembangan Pembelajaran Coding dan Kecerdasan Buatan untuk Siswa Sekolah Dasar (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun pada Senin (9/12/2024) di Jakarta. Diskusi ini bertemakan ‘Pengembangan Pembelajaran Coding dan Kecerdasan Buatan untuk Siswa Sekolah Dasar’.
Kegiatan itu bertujuan untuk menyusun strategi efektif dalam mengintegrasikan coding dan kecerdasan buatan (AI) ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah pada tahun pelajaran 2025-2026.
Diskusi ini memiliki fokus utama untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan digital dengan keterampilan berpikir kritis, numerasi, dan literasi digital. Pembelajaran coding bertujuan untuk mengembangkan pola pikir logis dan sistematis, sementara pembelajaran AI bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada konsep pengelolaan data dan pengambilan keputusan berbasis teknologi.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menekankan bahwa pengintegrasian coding dan kecerdasan buatan dalam kurikulum pendidikan Indonesia merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan siswa menghadapi era digital. “Pembelajaran coding dan AI adalah pilihan yang akan diterapkan di sekolah-sekolah yang memiliki kesiapan dari segi sarana, infrastruktur, serta kemampuan siswa,” ujar Fajar dalam keterangan tertulis.
Wamen Fajar berharap dengan integrasi pembelajaran coding dan kecerdasan buatan, siswa Indonesia dapat lebih bersaing di tingkat global. “Tujuan kami adalah menciptakan SDM unggul di bidang sains, teknologi, dan pendidikan, sesuai dengan visi Asta Cita pemerintah,” tambahnya.
Fajar juga mengapresiasi berbagai masukan yang diterima selama diskusi. “Kami sangat ingin mendengar lebih banyak masukan untuk memastikan bahwa pembelajaran coding dan AI dapat diimplementasikan dengan baik di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Fajar, digitalisasi pendidikan tidak hanya akan meningkatkan kualitas peserta didik, tetapi juga membantu guru dalam mengajar secara lebih efisien dan kreatif. “Sebagai bagian dari program Quick Win pemerintah, pengintegrasian teknologi ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam waktu dekat,” ujarnya.
Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Muhammad Muclas Rowi, menambahkan bahwa diskusi ini tidak hanya menjadi wadah bagi pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran coding dan AI, tetapi juga untuk membahas berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan di jenjang SMP dan SMA.
“Menurut Pak Menteri, ada tiga model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan, yaitu internet-based, plugged, dan unplugged. Model ini diharapkan dapat memberikan akses pendidikan bermutu yang inklusif bagi semua siswa di seluruh Indonesia,” ujar Muclas.
Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai rekomendasi praktis terkait pembelajaran coding dan kecerdasan buatan yang dapat diimplementasikan dalam kurikulum sekolah menengah. “Dengan pendekatan ini, kami berharap dapat melahirkan generasi muda yang kreatif, inovatif, dan siap menghadapi persaingan global yang semakin dinamis,” pungkas Muclas.
Kemendikdasmen berharap bahwa dengan mengintegrasikan teknologi dan pendidikan digital dalam kurikulum, dapat tercipta sistem pendidikan yang merata dan berdaya saing, sekaligus menciptakan peluang lebih besar bagi semua siswa Indonesia untuk menguasai keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi global.