Pin It

20250228 Kemenkes Qure.ai Jalin Kerja Sama Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Deteksi Dini TB

Menkes RI Budi Gunadi Sadikin saat menyaksikan penandatanganan MoU antara Kemenkes-Qure.ai terkait pemanfaatan AI untuk deteksi dini/Foto: Kemenkes

 

Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan perusahaan teknologi Qure.ai untuk mempercepat deteksi dini Tuberkulosis (TB) menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam pencitraan sinar-X dada.

Langkah ini merupakan bagian dari transformasi digital sektor kesehatan guna meningkatkan efisiensi layanan dan mempercepat diagnosis.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik Kamis (27/2/2025) menegaskan pemanfaatan AI dalam sistem kesehatan dapat memberikan dampak positif yang signifikan.

“Teknologi berbasis AI ini akan membuka peluang besar untuk menganalisis data medis dengan lebih cepat dan akurat, memberikan dampak positif baik bagi pasien maupun tenaga medis,” ujar Menkes Budi saat menyaksikan penandatanganan MoU.

Dalam kerja sama ini, beberapa langkah strategis akan diterapkan yaitu pertama, AI dari Qure.ai akan digunakan untuk mendeteksi TBC dan penyakit lainnya melalui analisis pencitraan sinar-X dada di fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk oleh Kemenkes.

Kedua, sistem manajemen dan pelaporan pasien terpusat akan dikembangkan untuk memperkuat surveilans penyakit secara nasional dan mendukung layanan teleradiologi.

Sehingga tenaga medis di berbagai daerah dapat mengakses hasil skrining secara real-time. Ketiga, kerja sama ini juga mencakup pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan dukungan teknis bagi tenaga kesehatan dan profesional teknologi informasi.

Sebagai tahap awal, Kemenkes akan mengimplementasikan proyek percontohan (pilot project) di RS Fatmawati dan RS Pusat Otak Nasional (RSPON).

Jika proyek ini berhasil, teknologi AI dari Qure.ai akan diperluas ke lebih banyak fasilitas kesehatan yang ditunjuk di seluruh Indonesia.

Untuk mendukung implementasi yang optimal, diperlukan infrastruktur yang memadai, termasuk koneksi internet stabil, cloud hosting, serta Picture Archiving Communication System (PACS) untuk integrasi dan pengolahan data medis.

Selain mempercepat deteksi dini, teknologi ini juga akan meningkatkan efisiensi pelayanan radiologi dengan mengurangi ketergantungan pada film sinar-X fisik, serta memungkinkan penyimpanan dan distribusi data medis secara lebih praktis dan terstruktur.

Dengan inovasi ini, pasien akan mendapatkan layanan yang lebih cepat, sementara tenaga medis dapat lebih fokus pada perawatan dan pengobatan.

Pemerintah berkomitmen untuk mengeksplorasi peluang pendanaan guna memastikan keberlanjutan adopsi teknologi skrining berbasis AI ini dalam program kesehatan nasional.

Kerja sama ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam mempercepat eliminasi TBC dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. (*)