Panen padi di Denpasar
DENPASAR - Keberlanjutan program peningkatan produksi pertanian menjadi sebuah kendala yang sering dihadapi pada perubahan iklim global dan fluktuasi perdagangan produksi pertanian. Ketahanan pangan didaerah menjadi tujuan utama dengan kendala yang dihadapi di Kota Denpasar yang tentunya telah dilakukan terobosan-terobosan pertanian yang juga memanfaatkan teknologi.
Dalam membentengi para petani dari resiko usaha tani Pemkot Denpasar melakukan sebuah strategi yang didukung pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian dengan memberikan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). "Saat ini usaha tani padi di Kota Denpasar telah dilindungi dari resiko dalam kegiatan usaha tani melalui AUTP yang diikuti sebanyak 275 Ha sawah," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar I Gede Ambara Putra saat ditemui, Sabtu (23/4) di Kota Denpasar.
Lebih lanjut Ambara mengatakan dengan luas lahan sawah sesuai data yang tercatat mencapai 2,5 juta Ha lebih di Kota Denpasar lewat bantuan subsidi asuransi dari pemerintah pusat seluas 275 Ha sawah. Sehingga subsidi asuransi ini diberikan dengan melihat kawasan lahan pertanian yang rentan akan risiko dalam kegiatan usaha tani padi.
Seperti dikawasan subak Umalayu, Desa Pekraman Anggabaya Kecamatan Dentim, dan Subak Intaran Kecamatan Densel yang rentan akan serangan hama dan kekeringan. Sehingga dari program AUTP ini mampu memperkecil kerugian usaha tani padi dikawasan tersebut.
Program ini telah berjalan di Kota Denpasar pada musim tanam pertama yakni dibulan Oktober 2015 hingga musim panen di bulan Maret 2016. Dari total premi asuransi yang mesti dibayar petani Rp. 144.000 per Ha untuk satu musim tanam lewat subsidi yang diberikan, petani hanya membayar Rp. 36.000 per Ha. Pada masa tanam pertama ini yang mulai dari bulan Januari hingga Juni 2016 telah direspon positif petani di Kota Denpasar.
Begitu juga untuk masa tanam kedua yakni dari bulan Juli hingga Oktober 2016 dengan usaha tani padi yang sudah diasuransikan. Jika lahan pertanian mengalami gagal panen baik diakibatkan oleh banjir, serangan hama, dan kekeringan petani mendapatkan ganti rugi sebesar Rp. 600 juta per Ha.
Model asuransi usaha tani padi di Indonesia ini didasarkan atas biaya usaha tani padi dari kerugian, kerusakan atau kegagalan panen. Sehingga asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari risiko kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup yang diperoleh melalui asuransi usaha taninya untuk membayar usaha pertanian pada musim berikutnya.
Sementara Pekaseh Subak Umalayu, I Made Suarta mengatakan program AUTP telah berjalan dari tahun 2015 lalu yang memiliki luas lahan 27 Ha. Dengan masa tanam dibulan November 2015 dan panen pada bulan Februari 2016 dengan serangan hama wereng pada luas 20 are lahan terjadi pada bulan Januari 2016. Tentu dari serangan hama ini petani telah memperoleh ganti rugi dari asuransi sebesar Rp. 1.200.000 untuk lahan 20 are. "Program asuransi ini sangat bermanfaat dan membantu petani dalam memperkecil kerugian akibat dari serangan hama yang mengancam,"ujarnya. (pur/humasdps)