Pin It

20200305 Menteri ESDM Target Tahun 2030 Kembalikan Produksi 1 Juta Barel Per Hari

Menteri ESDM menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Rapat di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (4/3). (Foto: Humas/Jay).

 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyampaikan terkait lifting minyak Pemerintah memiliki target dalam sepuluh tahun (2030) bisa mengembalikan produksinya menjadi 1 juta barel per hari.

“Untuk itu memang kita harus melakukan banyak langkah-langkah untuk bisa meningkatkan produksi antara lain, pertama itu adalah mempertahankan tingkat produksi lapangan-lapangan yang ada, kemudian juga bisa melakukan program reserve to the production,” kata Menteri ESDM usai mengikuti Rapat di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (4/3)

Jadi, lanjut Arifin, sumber-sumber yang terdeteksi potensi-potensi jumlahnya bisa segera berproduksi dan juga program untuk melakukan recovery, antara lain steamflood chemical enhanced oil recovery. Untuk eksplorasi dari lapangan-lapangan yang baru, yang masih, yang sudah dideteksi, menurut Arifin, itu bisa cepat berproduksi dan ini bisa dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun targetnya.

“Kita juga masih memiliki 13 ribu bekas lobang pengeboran yang sudah ditinggal. Nah ini juga kalau kita melakukan program rehabilitasi, kita masih bisa berharap ini juga bisa menghasilkan tambahan produksi minyak tetapi 13 ribu ini kan jumlahnya banyak,” ujar Menteri ESDM.

Untuk itu, Arifin menyampaikan perlu memobilisasi banyak tenaga ahli, peralatan dan sebagainya, agar bisa mengoptimalkan produksi minyak. Potensi eksplorasi, menurut Menteri ESDM, kalau di daerah yang sekarang, yang banyak minyaknya, seperti di Rokan ada 10 lokasi potensial, jumlah lokasinya 128 yang harus dioptimalkan.

Rokan sendiri, menurut Arifin, sekarang masih ada di areanya Chevron, tetapi nanti akan dialihkan ke Pertamina, tetapi daerah Rokan itu yang selain juga sumber yang ada, masih mempunyai potensi-potensi lain cukup besar.

Soal investasi, Menteri ESDM menyatakan bahwa  karena jumlahnya, masif jadi harus memobilisasi sumber dalam negeri maupun partnership, masih perlu berpartner untuk bisa mengoptimalkan, perlu expertise dan permodalan.

Menyinggung kerja sama dengan Abu Dhabi, Menteri ESDM menyebut bahwa itu mengenai pembangunan kilang, agar bisa memenuhi kebutuhan crude oil, minyak. Kelistrikan Mengenai kelistrikan, Menteri ESDM menyampaikan bahwa sekarang dalam proses penyelesaian proyek 35 ribu megawatt.

“Jadi yang sudah dalam status proyek sudah mencapai lebih dari 90 persen, dimana sisanya aja nanti yang memang harus segera diproses supaya bisa dieksekusi. Bagaimana balans-nya?” katanya.

Balans-nya dari energi listrik ini, menurut Arifin, kalau semua sudah terproduksi maka akan mengalami kelebihan suplai karena dulu asumsi pertumbuhan konsumsi listrik ada kilovolt 6,5 persen tetapi pada saat sekarang kondisinya tidak seperti itu.

“Nah tentu saja memang ini membutuhkan strategi-strategi baru, bagaimana bisa mengoptimalkan penyerapan listrik daripada sumber-sumber yang akan beroperasi, antara lain kita nanti akan mempercepat program elektrifikasi, semuanya bisa elektrifikasi.

Elektrifikasi itu diharapkan tahun ini bisa 100 persen,” Menteri ESDM menjelaskan. Kemudian, lanjut Arifin, bagaimana bisa mengisi kebutuhan-kebutuhan listrik di industri-industri yang berada di level, di kawasan-kawasan industri agar jangan membangun listrik sendiri.

“Kemudian juga ada alternatif lain, antara lain, mengganti pembangkit-pembangkit yang sudah tua, yang tidak efisien, yang tidak ramah lingkungan dengan sumber-sumber yang baru,” ujarnya. Ke depan, lanjut Menteri ESDM, sesudah program 35 ribu megawatt ini, semuanya akan berfokus kepada sumber-sumber energi baru dan terbarukan. (HIM/EN)