Foto: Kemenko PMK
Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan apabila persoalan stunting dapat dituntaskan, bangsa Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju yang lain.
Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam agenda Seminar Nasional bertema “Strategi Percepatan Penurunan Stunting dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045” secara daring yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada Sabtu (8/7/2023).
Menko Muhadjir menambahkan, untuk mewujudkan mimpi itu, anak-anak muda, khususnya yang saat ini tengah menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi harus dibekali persiapan yang matang.
“Untuk mewujudkan semua itu, perlu pemenuhan gizi yang optimal sejak dini. Edukasi itu perlu ditanamkan kepada para mahasiswa sehingga masalah stunting dapat diantisipasi,” kata menko Muhadjir.
Lanjutnya, stunting dapat terjadi dari sejak proses kehamilan dan setelah bayi terlahir. Sehingga sangat dibutuhkan pemberian makanan tambahan bagi Batita serta edukasi yang baik terhadap para calon orang tua.
Terlebih saat ini angka prevalensi stunting di Provinsi Kalimantan Barat masih tergolong tinggi, sebesar 27,8 persen, berada di urutan ke delapan terbanyak se-Indonesia.
“Oleh Karena itu, maka sangat penting peran dan keterlibatan perguruan tinggi memberikan edukasi kepada mahasiswa dan masyarakat, terutama untuk memperbaiki permasalahan gizi dan anemia pada remaja,” kata Menko Muhadjir.
Diketahui juga berdasarkan data SSGI 2022 saat ini Indonesia telah berhasil menekan angka prevalensi stunting hingga 21,4 persen. Meski begitu, angka tersebut masih harus ditekan hingga mencapai 14 persen pada 2024.
Menko Muhadjir menjelaskan persoalan stunting juga tidak hanya berkaitan dengan permasalahan kesehatan saja. Namun terdapat faktor lain yang berpengaruh seperti kondisi sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
“Intervensi spesifik dan sensitif harus berjalan beriringan. Data Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) yang kita miliki dapat dimaksimalkan sehingga intervensi dapat tepat sasaran dan terus berkesinambungan,” kata Menko Muhadjir.
Data P3KE dapat digunakan oleh perguruan tinggi sebagai acuan dalam menjalankan program-program pengabdian masyarakatnya sebagai bagain dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Data tersebut telah berbasis by name by address.
“Data itu bisa menjadi bahan rujukan mengelola program. Sehingga program yang dijalankan dapat betul-betul bermanfaat dan dirasakan oleh masyarakat,” kata Menko Muhadjir. (*)