Bendungan Pamukkulu, di Kabupaten Takalar, Sulsel (Sumber: Humas Kementerian PUPR)
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mempercepat penyelesaian pembangunan Bendungan Pamukkulu, yang terletak di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dengan percepatan tersebut, ditargetkan bendungan ini dapat diairi pada awal tahun 2024. Saat ini, progres konstruksi bendungan yang dibangun sejak 15 November 2017 ini sudah mencapai 22 persen.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, bendungan ini dibangun untuk meningkatkan keberlangsungan suplai air bagi lahan pertanian di Sulsel sebagai lumbung pangan nasional.
“Di Sulsel, masih terdapat hamparan lahan persawahan di atas 3.000 hektare yang sulit ditemui di daerah lain. Produktivitasnya kita tingkatkan dengan ketersediaan air dari bendungan,” ujar Basuki, dikutip dari laman Kementerian PUPR, Jumat (19/11/2021).
Seperti diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Adenan Rasyid, bendungan ini direncanakan akan memiliki kapasitas tampung sebesar 82,5 juta meter kubik dan diharapkan dapat mengairi lahan seluas 6.256 hektare.
Diharapkan dengan keberadaan bendungan ini, Indek Pertanian (IP) di Kabupaten Takalar akan meningkat dari 150 persen menjadi 250 persen dengan pola tanam padi-padi-palawija.
“Manfaat lain dari Bendungan Pamukkulu adalah sebagai penyedia air baku untuk Kabupaten Takalar sebesar 160 liter/detik, dapat mereduksi dan mengendalikan ancaman banjir, dan sebagai konservasi untuk air tanah. Kemudian bendungan ini juga memiliki potensi untuk pembangkit listrik tenaga air sebesar 4,3 megawatt, serta dapat dimanfaatkan untuk pariwisata,” ujar Adenan Rasyid.
Anggaran untuk pembangunan Bendungan Pamukkulu dialokasikan sebesar Rp1,6 miliar. Adenan Rasyid menyampaikan, pembangunan bendungan ini juga menerapkan pola Padat Karya Tunai (PKT).
“Kegiatan PKT dilakukan untuk rehabilitasi saluran irigasi di Daerah Irigasi (DI) Bendung Pamukulu. Kegiatan ini dilakukan melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air dan Irigasi (P3TGAI) yang tersebar di 20 titik di 7 desa, 1 kelurahan dan 1 kecamatan. Setiap titiknya melibatkan sebanyak 25 orang petani,” terangnya.
Program PKT juga dilakukan pada konstruksi Bendungan Pamukkulu, yaitu untuk pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus (kompleks) dan dapat dilakukan tanpa alat berat, misalnya untuk galian saluran dan menyusun batu urugan.
“Kami melibatkan masyarakat/warga setempat sebagai pelaku pembangunan. Skema ini bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran dampak dari pandemi COVID-19,” tandasnya. (HUMAS KEMENTERIAN PUPR/UN)