Presiden Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla, Ketua DPR Ade Komaruddin, dan Ketua DPD Irman Gusman
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak segenap elemen bangsa untuk bersinergi mengatasi kemiskinan, pengangguran, serta ketimpangan dan kesenjangan sosial. Ia mengingatkan, tanpa kerjasama, tanpa gotong royong, kita akan digulung oleh arus sejarah.
“Kita tidak menginginkan itu terjadi,” tegas Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia pada sidang bersama DPR RI dan DPD RI, di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, Selasa (16/8) pagi.
Untuk itu, apapun bidang yang digeluti, Presiden Jokowi mendorong agar menjadi yang terbaik. Ia menegaskan, dengan kerja nyata bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa pemenang, dengan Kerja nyata bangsa Indonesia bisa menjadi bangsamaju, menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berbudaya. “Sekarang ini biduk kita sedang berlayar menuju ke sana. Menuju kemajuan Indonesia Raya!,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya pada awal pidatonya Presiden Jokowi mengatakan, sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, memutus rantai ketimpangan dan kesenjangan sosial.
Presiden mengemukakan, setiap Presiden Republik Indonesia telah bekerja keras, telah membanting tulang, telah berjuang untuk mengatasi tiga tantangan tersebut di masanya masing-masing, mulai dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, sampai masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tantangan yang sama, juga sedang kita hadapi sekarang ini. Perbedaannya, lanjut Presiden, kita menghadapi tantangan tersebut di tengah tatanan baru dunia, di tengah era kompetisi global. “Kompetisi tidak lagi terjadi antardaerah tetapi antarnegara, antarkawasan. Sebuah era dimana semua negara saling terhubung satu sama lain, satu masalah bisa menjadi masalah bagi negara-negara di dunia,” ujarnya.
Ia menyebutkan, sampai sekarang ekonomi global masih mengalami perlambatan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi nasional juga terpengaruh. Namun, lajut Presiden, kita patut bersyukur perekonomian Indonesia pada triwulan pertama tahun 2016 tumbuh 4,91 persen. Bahkan dalam triwulan kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi nasional naik menjadi 5,18 persen.
“Pertumbuhan itu jauh lebih besar di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dan negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu pertumbuhan yang tertinggi di Asia,” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu tantangan politik dan keamanan global, menurut Presiden, juga semakin berat dan semakin beragam. Fenomena pergolakan politik di Timur Tengah, misalnya, berdampak pada ketidakstabilan kawasan dan memicu perluasan aksi terorisme di dunia termasuk di Ibukota negara kita.
Presiden lantas mengingatkan peristiwa yang terjadi pada 14 Januari 2016 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, saat teroris mencoba menimbulkan kepanikan masyarakat. Namun mereka berhasil digagalkan.
Karena itu, Presiden mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus meneguhkan komitmen bersama mencegah dan melawan aksi terorisme. “Mari kita tegaskan bahwa tidak ada tempat untuk terorisme di Nusantara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika,” pintanya.
Presiden menegaskan, kita hanya dapat membuat terobosan bagi kemajuan bangsa dan negara kalau pola pikir kita progresif, optimis, dan inovatif. Untuk itu, lanjut Presiden, Pemerintah terus menjalankan proses Revolusi Karakter Mental, yaitu perubahan pola pikir dan perubahan sistem yang dimulai dari berbagai institusi pemerintahan.
Menurut Presiden, selama ini kita terkukung oleh sikap pesimis dan tidak sadar bahwa sebagian dari hambatan kemajuan Indonesia justru datang dari diri kita sendiri. Padahal Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang pernah menginspirasi negara-negara yang terjajah untuk merdeka, bangsa yang memberikan Pancasila, memberikan Trisakti, memberikan nilai-nilai gotong royong untuk dunia.
Oleh sebab itu, Presiden meminta segenap elemen bangsa agar harus percaya diri, harus yakin, bahwa kita bisa menjadi bangsa pemenang.
Pidato kenegaraan Presiden Jokowi itu dihadiri oleh Presiden ketiga RI BJ. Habibie, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden Boediono, para pimpinan lembaga negara, para menteri Kabinet Kerja, dan para duta besar negara sahabat. (GUN/DID/DND/DNA/UN/ES)