JAKARTA – Bukan perkara mudah produk industri kecil dan menengah dalam negeri bisa menembus pasar internasional. Namun impian itu bukan pula sesuatu yang mustahil. Dari tangan Gilang Adi Nugroho, seorang aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Perdagangan, produk tanah air bisa menembus pasar Brasil dan kawasan Amerika Latin.
Telah lama Gilang bercita-cita membantu para pelaku industri kecil dan menengah Indonesia untuk bisa ekspansi ke berbagai belahan dunia. Cita-citanya itu mulai terwujud ketika Gilang diberi amanat sebagai Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sao Paulo, Brasil. Bersama timnya, Gilang membentuk Indonesian Trading House pada sebagai terobosan promosi ekspor dari industri kecil dan menengah di Indonesia.
“Ide pembentukan Indonesian Trading House ini didasari oleh sulitnya menembus pasar ekspor di Brasil dan kawasan Amerika Latin yang pada umumnya memiliki banyak non-tariff measures sebagai regulasi yang protektif untuk menghambat proses importasi,” jelas Gilang.
Sulitnya menembus pasar di Negeri Samba itu bukan hanya soal regulasi yang protektif. Perbedaan bahasa dan biaya yang cukup mahal juga menjadi kendala. Permasalahan lain yang turut menghambat adalah kurangnya akses pemasaran atas produk industri kecil dan menengah serta praktik promosi yang dinilai tidak efektif.
Ragam permasalahan inilah yang kemudian menyebabkan importasi produk dari Indonesia cenderung sulit masuk. Bahkan, jika pun ada yang pernah berhasil, tidak dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, Gilang bersama timnya di IPTC Sao Paulo berupaya untuk melakukan upaya promosi yang tidak monoton sehingga proses ekspor berorientasi transaksi dagang yang riil.
Indonesian Trading House memiliki sistem kerja yang berbasis proyek dengan melibatkan tiga entitas, yakni eksportir, importir, serta pemerintah melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan ITPC. Masing-masing pihak berkomitmen untuk berkontribusi agar produk yang dipasarkan dapat diimpor secara berkelanjutan.
Melalui Indonesian Trading House, langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi produk melalui market intelligent untuk mengetahui produk yang dibutuhkan di pasar negara importir. Setelah diketahui, maka dilakukan seleksi eksportir dari industri kecil dan menengah di Indonesia.
Proses bisnis selanjutnya adalah menentukan kesesuaian bisnis antara eksportir dan importir melalui Indonesian Trading House. Kesepakatan yang terjadi kemudian dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman sebagai awal mula transaksi dagang yang dijadikan sebagai importasi pilot project oleh Indonesian Trading House. Kemudian, agar terjadi importasi yang berkelanjutan, dilakukan day to day marketing serta promosi melalui pameran dan business meeting untuk menjangkau impotir lain.
Lulusan Master of Public Administration dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore ini bercerita bahwa salah satu kisah sukses dari Indonesian Trading House terjadi di ekspor briket arang kelapa. Sebanyak tiga industri kecil dan menengah di Indonesia menjadi eksportir briket arang kelapa ke Brasil.
Bukan saja sukses untuk membuka peluang ekspor briket arang kelapa, tapi juga terjadi peningkatan volume penjualan dari tahun ke tahun. Dimulai dari 1 kontainer/bulan pada 2019, kemudian, dua kontainer/bulan di tahun 2020, dan di tahun 2021 ini, direncanakan sebanyak 5 kontainer/bulan akan diekspor ke Brasil.
Ide pria asal Jakarta ini dalam menjalankan ide Indonesian Trading House pun menuai pujian. Salah satunya dari CEO Badax LTDA Luiz Carlos Barravieira, sebagai importir briket arang kelapa dari Brasil. Dikatakan bahwa Gilang merupakan sosok pemimpin yang memiliki komitmen dan dedikasi yang begitu tinggi dan Gilang merupakan sosok yang sangat penting dalam mengeksekusi proyek importasi briket arang kelapa ke Brasil.
Sebelumnya, pria yang aktif menjadi pembina masyarakat diaspora Indonesia di Sao Paulo tersebut juga pernah membuat inovasi ASEAN Economic Community (AEC) Center, dimana Gilang berperan dalam menyusun konsep dan kerangka kerja pembuatannya untuk menyiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Saat ini, AEC Center telah berkembang menjadi Free Trade Agreement (FTA) Center.
Ke depannya, Gilang yang kini menjabat sebagai Analis Data dan Informasi pada Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan berharap konsep Indonesian Trading House dapat diperbanyak, namun bukan duplikasi, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing pasar. Selain memperbanyak Indonesian Trading House, Gilang juga berharap agar konsep ini dapat dibuat lebih melembaga serta gunakan lebih banyak lagi forum perundingan perdagangan internasional untuk mengekspansi produk dari industri kecil dan menengah yang layak bersaing di pasar internasional.
Keterampilannya sewaktu memimpin sebagai Kepala ITPC Sao Paulo berhasil membawa Gilang meraih Piala Adhigana sebagai Tiga Besar dalam Anugerah ASN Tahun 2020 kategori The Future Leader. Dengan menerima penghargaan ini, Gilang menjadi lebih termotivasi untuk bisa membantu pelaku industri kecil dan menengah agar dapat menembus kancah internasional.
“Saya harap dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi,” tutup Gilang. (ald/HUMAS PANRB)