SURABAYA - Untuk memenangi kompetisi yang semakin ketat menjelang pemberlakuan Komunitas Ekonomi ASEAN pada 2015, sector agribisnis tak boleh ketinggalan. Masuknya produk pertanian dari luar negeri hanya bisa dihadapi kalau produk local lebih unggul.
Untuk mengarah ke sana, salah satu kuncinya adalah kemampuan berinovasi. “Salah satu kunci sukses bisnis harus dimulai dari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen atau pelanggan,” ujar Kepala Biro Umum dan Humas Kementerian Pertanian Sigit Wahyudi dalam Seminar Bakohumas di Surabaya (14-15 Mei 2013),
Lebih lanjut dikatakan, kemampuan berinovasi tidak berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh teknologi pengolahan hasil pertanian agar dapat mendorong proses hilirisasi sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk pertanian. “Nilai tambah produk olahan akan lebih tinggi dibandingkan dengan produk segar,” tambahnya.
Penguatan agribisnis yang dimaksud adalah digunakannya teknologi dalam setiap tahapan kegiatan pertanian mulai dari hulu (on farm) hingga hilir (off farm). Dengan digunakannya teknologi, produk yang dihasilkan dapat dirancang untuk memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk syarat keamanan pangan. Di sini harus dilakukan integrasi antar kegiatan, dari hulu hingga hilir. Perlu juga upaya meyakinkan pada petani bahwa membangun integrasi hulu-hilir sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan nilai produk yang dihasilkan, tambah Sigit Wahyudi.
Gayung pun bersambut. Ketua Gapoktan Mitra Arjuna Luky Budiarti mengungkapkan, pengolahan hasil pertanian perlu dilakukan untuk mengubah bahan pangan menjadi beraneka ragam bentuk, memperpanjang daya simpan, dan menambah nilai.
Hal itu sudah dilakukan oleh Gapoktan Mitra Arjuna, dengan mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian hortikultura, mengembangkan cluster kentang, kemitraan usaha cabe dan produksi hortikultura, pengembangan usaha jamur tiram serta pengembangan usaha bunga potong dan tanaman hias. “Kami juga melakukan pengembangan usaha pengolahan hortikultura dengan produknya sari apel celup, sari buah, jamu beras kencur, kunyit asam, dan beragam keripik buah dengan merk ‘Djoenggo’, tutur Luky.
Diungkapkan, pengembangan kemitraan usaha cabe dilakukan bekerjasama dengan PT. Heinz ABC. Dalam hal ini, pihak Heinz ABC menyediakan bibit cabe, pupuk dan peralatan lainnya, kemudian hasil panen cabe akan dibeli oleh pihak Heinz ABC. Untuk cabe yang reject dan tidak dibeli akan diolah menjadi produk oleh-oleh khas berupa keripik cabe.
Ditambahkan, selain inovasi dan integrasi, sinergitas antar instansi pemerintah dalam mendukung produk olahan hortikultura sangat diperlukan, "Kkalau Gapoktan itu sebagai tubuh, pemerintah sebagai suplemen/vitamin yang dapat membuat tubuh menjadi sehat," ujar Luky. Ditamahkan, sinergitas tersebut ditunjukkan dengan peran aktif masing-masing instansi dalam membantu pengembangan produk olahan hortikultura.
Deputi Pemimpin KPwBI Malang Bidang Moneter, Emanuel Lamen Ola mengatakan selama ini, KPwBI sebagai otoritas perbankan yang menaungi seluruh instansi bank di Indonesia berupaya melakukan langkah-langkah strategis sebagai mediator antara pelaku UMKM dengan perbankan. “Kita membentuk konsultan keuangan mitra bank (KKMB) yang membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan kemudahan pinjaman di perbankan. Selain itu juga melakukan pembinaan dan pendampingan serta mencarikan pasar prospektif ke luar negeri seperti Jepang, Malaysia dan Singapura,” urai dia.
Kehadiran Badan Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) yang beranggotakan seluruh pejabat/ penanggungjawab humas pemerintah diharapkan ikut mensosialisasikan kebijakan pemerintah, agar dapat benar-benar membantu para petani, peternak, pekebun. Dengan demikian, produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah dan berdaya saing, dan pada gilirannya serta dapat meningkatkan kesejahteraannya petani,” tambahnya. (alfr/HUMAS MENPANRB)