BANDUNG – Bagi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi, blusukan tetap jalan meski masih banyak demo menentang kenaikan harga BBM. Justru kondisi seperti itu kesempatan yang baik bagi pembantu Presiden untuk menjelaskan kepada masyarakatterkait latar belakang dan tujuan kebijakan pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke sektor produktif untuk kesejahteraan masyarakat, terutama bidang pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
Seperti terjadi di berbagai kota, pasca kebijakan itu mahasiswa dari berbagai elemen melakukan demo menentang kenaikan harga BBM. Tak jarang demo tersebut menimbulkan gejolak karena bentrok. Ada bentrok antara mahasiswa dengan aparat kepolisian, ada juga bentrok antara mahasiswa dengan warga masyarakat lainnya.
Akan halnya demo mahasiswa yang terjadi di Bandung pasca pengumuman pengalihan subsidi BBM. Kang Yuddy tidak tinggal diam di kantor, tetapi tetap blusukan menemui, bersilahturahmi dan berdialog dengan para aktivis dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badan Koordinasi (Bakor) Jawa Barat dan Cabang Bandung, serta Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Yuddy pun mendengarkan aspirasi para aktivis tersebut, yang berkumpul di markas HMI Jabar Jl. Sabang No. 17 Bandung. Kehadiran pria kelahiran Bandung 29 Mei 1968 ini ternyata mampu mendinginkan suasana yang beberapa hari sebelumnya sempat memanas. Aparat kepolisian yang sebelumnya berhadap-hadapan dengan mahasiswa, kali ini keduanya tampak begitu cair. Padahal, beberapa saat sebelumnya para mahasiswa tersebut sempat bertubrukan dengan polisi, yang mengakibatkan 13 orang luka-luka.
Aktivis yang hadir, jumlahnya ratusan, antara lain Ketua Badan Koordinasi HMI Jabar, Ketua Cabang, hingga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Memang terbatas pejabat publik yang memiliki nyali untuk bertemu, berdialog bahkan berdebat langsung dengan pihak yang berlawanan. Yuddy adalah salah satu diantaranya.
Kehadiran Menteri Yuddy, selain mewakili pemerintah pusat, juga sebagai orang Sunda, sebagai mantan aktivis mahasiswa, serta sebagai pribadi yang peduli pada nasib bangsa. Karena berangkat dari niat tulus, Yuddy Chrisnadi tak merasa bahwa kehadirannya membahayakan dirinya. Setelah mendengar secara seksama, Yuddy pun memberikan penjelasan yang tegas dan gamblang terkait kebijakan Kabinet Kerja dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi – JK ini.
“Dialog ini kami adakan untuk menyebarluaskan program-program pembangunan nasional, yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama untuk lebih mensejahterakan golongan ekonomi menengah ke bawah,” ujar Yuddy di Bandung, Minggu (23/11).
Pada kesempatan itu, dia menyatakan, berbeda pendapat boleh, demonstrasi juga silahkan, tapi junjung tinggi etika dan ketertiban. “Setiap permasalahan dan perbedaan pendapat harus dihadapi dengan lebih mengedepankan nilai-nilai harmoni,” tutur Yuddy yang menilai bahwarakyat Jawa Barat memiliki ciri khas kearifan lokal yang adiluhung yakni silih asah, silih asih dan silih asuh.
Yuddy menegaskan,bagi pemerintah, kebijakan menaikan hargaBBM ini adalah sebuah pilihan sulit yang harus diambil untuk memberikan ruang fiscal yang lebih besar kepada negara. Dalam lima tahun terakhir, subsidi BBM sudah menyedot anggaran hingga Rp 714 triliun, yang notabene sebagian besar dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas. Padahal, subsidi untuk kesehatan hanya Rp 220 triliun dan anggaran infrastruktur Rp 570 triliun. “Dengan adanya pengalihan subsidi BBM, negara akan memiliki ruang fiscal yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat” sergahnya.
Dialog itu diakhiri dengan hasil yang konstruktif, karena para mahasiswa yang merupakan calon-calon pemimpin masa depan tersebut memiliki intelektualitas dan mengedepankan rasionalitas yang tinggi. Sehingga perbedaan pendapat mereda dengan sendirinya, tanpa harus diintervensi.(bby/HUMAS MENPANRB)