JAKARTA - Sabtu siang sekitar pukul 13.00, asap putih terlihat mengepul di lantai 6 gedung Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jl. Jenderal Sudirman kavling 69. Bunyi alarm terdengar oleh petugas security yang tengah piket pada hari Sabtu, dan langsung melaporkan peristiwa itu kepada pimpinan.
“Ketua monitor ? …. Ketua monitor ?......Alarm lantai 6 berbunyi pak…..” ujar Nasrudin, security Kementerian PANRB, setengah berteriak melalui handy talky, Sabtu (30/11) sekitar jam 13.00 WIB.
Tak lama kemudian, dari handy talky Nasrudin terdengar perintah dari Jhony Pristiwanto, agar Nasrudin segera meluncur ke lantai 6 untuk melakukan pengecekan. Beruntung lift di kantor itu masih bisa berjalan, ketika Nasrudin mengecek ke lantai 6. “Pak, positif kebakaran di lantai 6,” ujarnya.
Jhony pun langsung memerintahkan anak buahnya untukmelaporkan peristiwa itu ke Dinas Pemadam Kebakaran dan Kepolisian Sektor Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Perintah itu langsung ditindaklanjuti oleh Moko. Saat itu sejumlah office boy dan pegawai yang tengah bekerja lembur sempat dibuat panik. Ada yang berteriak, “kebakaran-kebakaran……….”.
Ada juga yang berlari-larian mencoba menyelamatkan berkas-berkas serta benda-benda lain di ruangan yang sehari-harinya dia bersihkan.
Tak lama kemudian datanglah petugas dari Kepolisian, dan disusul oleh mobil pemadam kebakaran dari Jakarta Selatan dengan suara sirine yang khas.
“Brandweer sudah datang,” ujar Kabag TU Protokol dan Arsip Kementerian PANRB Yuvieda Meta Hendiana.
Tanpa banyak tanya, dan upacara protokoler, petugas pemadam kebarakaran langsung beraksi, memasang selang dari mobil pemadam kebakaran, dan menyemprotkan air ke sumber asap, agar api tidak meluas ke tempat lain, dan memadamkan kebakaran di lantai 6. Tak lama kemudian, asap yang mengepul di lantai paling atas itu pun hilang.
Penggalan peristiwa di atas merupakan bagian dari skenario dalam simulasi penanggulangan bencana, khususnya bila terjadi kebakaran.
Simulasi itu diawali dengan penjelasan dari tim Damkar kepada para pegawai Kemenetrian PANRB yang dihadiri Kabag Perlengkapan dan Rumah Tangga Kementerian PANRB Edy Syahputra, Kabag Komunikasi Publik Suwardi, serta Kabag TU Protokol dan Arsip Kementerian PANRB Yuvieda Meta Hendiana yang merupakan koordinator tim simulasi kebakaran.
Dalam pelatihan pencegahan kebakaran itu dilakukan sejumlah langkah, mulai dari pengenalan alat-alat pemadaman kebakaran, seperti apar (alat pemadam api ringan), penggunaan karung basah untuk memadamkan api dan lain-lain.
Meskipun pelatihan-pelatihan ini sangat bermanfaat, diharapkan hasil pelatihan ini tidak perlu dimanfaatkan. Kalau bisa, jangan sampai memanfaatkan ilmu ini karena terjadi kebakaran, dan lebih baik tidak terjadi kebakaran.
Salah satu pelatihan yang cukup menarik perhatian adalah pemadaman api menggunakan karung basah. Sebagian besar petugas security, office boy, serta pegawai lainnya mencoba melakukannya.
Kita tidak boleh melawan arah angin, agar tidak tersambar api. Kita juga harus tenang, melangkah sedekat mungkin ke pusat api, dengan membawa karung basar. Setelah dekat, tutup drum yang di dalamnya menyala itu pelan-pelan, sampai rapat. Kemudian pastikan sudah ada asap putih keluar dari karung, sebagai pertanda apinya sudah padam, lalu buka kembali karungnya pela-pelan. “Sebelum ada asap putihnya, jangan dibuka dulu, karena apinya belum mati,” ujar petugas Damkar Jakarta Selatan itu.
Kabag Komunikasi Publik Suwardi mengatakan, pelatihan dan simulasi kebakaran ini penting dilakukan. Selain untuk membiasakan diri dalam menghadapi risiko, dan berusaha melakukan langkah-langkah pencegahan, hal ini juga bisa sekaligus mendeteksi perangkat apa saja yang mestinya ada tetapi tidak ada, atau peralatan yang ada tetapi tidak berfungsi.
Suwardi berharap, seluruh pegawai dan petugas di Kementerian PANRB untuk memahami seluruh tahapan dalam pencegahan serta penanganan kebakaran. Seluruh perlengkapan yang harus tersedia, seperti hydran diharapkan bisa berfungsi dengan baik. “Meskipun kita semua tidak ingin terjadi kebakaran, tetapi hydran harus dipastikan tetap berfungsi dengan baik,” tambahnya.
Pernyataan Suwardi itu beralasan, karena dari berbagai kejadian kebakaran di Jakarta dan kota-kota besar lain, salah satu kendala yang terjadi dalam penanganan kebakaran sering diakibatkan tidak berfungsinya hydran. (ags/HUMAS MENPANRB)