YOGYAKARTA - Menjalankan tugas di lapangan memang banyak seninya. Mendapat umpatan atau dimarahi penggduna jalan, seperti yang dialami petugas Dinas Perhubungan sudah biasa. Namun kalau dalam melaksanakan pekerjaan didasari niat yang ikhlas, hasilnya tentu berbeda. "Saat cuti atau tidak, kami siap melaksanakan tugas yang dibebankan kepada kami," ujar Petrus Djoko Ragono, pegawai Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditemui di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/8).
Dikatakan Petrus, sejak diterima menjadi PNS tahun 1981, dia selalu menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak. Hal itu sangat bermanfaat dalam melaksanakan tugas sebagai aparatur di lapangan seperti saat ini. Keluarga tidak pernah protes meski Petrus harus bekerja di hari libur, atau cuti bersama seperti lebaran kali ini. "Bahkan saat natal pun kami siap menjalankan tugas," tambahnya. Petrus menuturkan, aparatur negara di DIY ini harus selalu siap melaksanakan secara sukarela. Pasalnya, daerah ini termasuk wilayah rawan bencana alam.
Tidak saja gunung Merapi yang sangat aktif, tetapi juga gempa bumi yang sering terjadi. "Di Yogya ini ada ratusan komunitas relawan yang selalu siap terjun membantu masyarakat yang terkena bencana alam. Sebagai aparat, kami tidak boleh ketinggalan, tetapi harus berkolaborasi dengan. mereka," ujarnya. Bersama koleganya, Suharto, Petrus pernah mengalami peristiwa yang sangat mengesan, saat gining Merapi meletus tahun 2010 lalu.
Dia menemukan seorang ibu yang tertinggal di rumahnya, karena anak-anaknya sudah meninggallkan rumah akibat terjadi letusan Merapi. "Ibu yang kondisinya sudah sangat lemas tadi akhirnya kami evakuasi ke tempat penampungan, kemudian kami berikan makan seadanya," tutur pegawai golongan 2c ini. Yang membuat trenyuh, ibu tadi makan sangat lahap, meski hanya nasi dengan tempe orek. Tampaknya ibu tadi sudah beberapa hari tidak makan, tambah Petrus. Melihat kenyataan itu, dia mengajak seluruh jajaran PNS serta aparatur negara lainnya untuk selalu ikhlas melayani masyarakat.
Menjawab pertanyaan mengenai remunerasi, Petrus merasa bersyukur dengan adanya tunjangan berupa TPP yang nilainya hampir 1 juta per bulan, meskipun diberikan setiap 3 bulan sekali. Namun dia mempertanyakan adanya potongan lantaran pegawai bekerja dengan sistem shift. Akibatnya ada pegawai yang bekerja shift malam TPP nya dipotong. "Namun saat ini sudah bisa diselesaikan," ujarnya. (TIM LIPMUDYANLIK)