JAKARTA – Setelah melakukan audit terhadap biaya perjalanan dinas, Menteri PANRB Azwar Abubakar memerintahkan Badan pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melakukan audit terhadap belanja barang. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ditemukan adanya SK honor tim hingga 300 kali dalam setahun pada sebuah eselon I di sebuah kementerian.
Atas temuan tersebut, banyak pihak yang mendesak agar temuan tersebut diungkapkan ke publik. Namun hal itu tidak dilakukan, karena audit itu seperti halnya chek up kesehatan, supaya para Menteri dan Kepala LPNK tahu bagaimana penggunaan anggaran di instansi yang dipimpinnya. “Saya bersikap seperti dokter, tidak boleh membuka penyakit seseorang di depan umum,” ujar Azwar saat membuka Forum knowledge sharing, Bureaucracy Reform as a Leverage for Developing Governability, Improving Public Service Delivery, and Increasing Social Welfare di Kementerian PANRB, Rabu (23/10).
Dalam acara yang dihadiri Kepala Lembaga Adminidtrasi Negara (LAN) Agus Dwiyanto dan sejumlah pejabat penting dari kementerian/lembaga itu menghadirkan pembicara Prof. Ali Farazmand, Ph.D, pakar administrasi publik dari Amerika Serikat, yang membawakan tema reformasi birokrasi dan demokrasi.
Lebih lanjut Menteri mengatakan, dari audit tersebut, opada saatnya disampaikan kepada Menteri atau kepala LPNK untuk bersama-sama melakukan perbaikan. “Jangan sampai nanti malu sendiri, karena tidak mau berubah,” ucapnya.
Hal ini mengingat adanya berbagai pihak yang menanyakan, dimana instansi yang honornya paling banyak itu. Bahkan mantan Menkeu Agus Martowardoyo juga mendesak agar, Menteri PANRB terus terang. “Saya jawab begini. Sekarang kita kumpul di sini, tiba-tiba ada satu orang yang ritslitingnya terbuka. Bagaimana cara memberitahu ?” sergahnya.
Menteri yang gemar dengan perumpamaan dan analogi ini pun mengatakan, kalau dibilang langsung ke orangnya, nanti merah muka orang itu. Karena dia bilang, sebentar lagi datang ibu-ibu kemari, periksa semua ritsliting celana. Nanti malu. “Dengan cara itu, semua memeriksa ritsliting masing-masing, tanpa ada yang dipermalukan. Jadi tidak usah dibuka siapa yang salah, tapi dengan temuan ini semua orang akan memperbaiki diri,” ujar Azwar. (ags/HUMAS MENPANRB).