JAKARTA - Idul Fitri tak lepas dari ketupat, makanan dari beras yang dibungkus daun kelapa (janur) dan direbus. Makanan pengganti nasi ini selalu dipasangkan dengan sayur lauk pauk yang khas pula, dan seluruh anggota keluarga maupun tamu dapat menyantap kudapan ini.
Selain praktis, ketupat juga tahan lama, sehingga bisa disediakan dalam jumlah banyak, tanpa harus takut basi. Kalau di kampung, biasanya setiap keluarga membuat ketupat sendiri-sendiri. Tetapi di perkotaan sudah jarang yang membuat sendiri.
Tapi jangan khawatir, karena di pasar-pasar banyak pedagang yang sudah menyediakan bungkusnya, maupun ketupat yang siap saji. Ada juga yang menerima pesanan. Kehadiran ketupat yang sudah begitu lekat dengan masyarakat Indonesia, tak lepas dari sejarah penyebaran Islam di tanah air, khususnya di Pulau Jawa. Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali lebaran (BAKDA), yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat, yang dimulai seminggu sesudah Lebaran. Ketupat, dalam filosofi Jawa memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT (Bahasa Jawa) merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan. Adapunb Laku Papat artinya empat tindakan.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Adapun Laku Papat terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan.
Lebaran berarti sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Sedangkan Luberan dari kata Meluber atau melimpah, yaitu ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk pengeluaran zakat fitrah.
Leburan, maknanya sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis, karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Adapun Laburan, berasal dari kata labur. Melanie adalah memberi warna putih dengan menggunakan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
FILOSOFI KUPAT - LEPET
Kenapa Kupat mesti dibungkus janur? Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).
LEPET Lepet = silep kang rapet. 'Monggo dipun silep ingkang rapet', mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet. SELAMAT IDUL FITRI 1437 H.
(ags/HUMAS MENPANRB)