Bidan Titi
Sore itu sekitar pukul 16.00 WIB, ricik air hujan masih berjatuhan dari langit di hari terakhir Ramadhan. Jejak air hujan pun membekas menjadi genangan air yang membuat Bidan Titi Rohayati yang diantar suami menggunakan motor mengabaikan sepatunya yang terkena cipratan air. Sementara badannya hanya tertutup jaket bertudung. Panggilan darurat dari seorang teman bidan yang bertugas pada shift pagi membuat perempuan berumur 49 tahun itu bergegas berangkat dari rumahnya yang berada di Jalan Baru Kayumanis menuju Puskesmas Tanah Sareal.
Sampai di Puskesmas pukul 16.30, Titi terlebih dulu membantu Bidan Ani melakukan persalinan seorang pasien benama Feby dengan selamat. Pada pukul 17.00 WIB Bidan Ani langsung berganti shift dengan Bidan Titi yang hanya ditemani Perawat Made. Belum selesai dengan perawatan pemulihan pasien bersalin pertama (enam jam setelah persalinan) ibu dua anak tersebut kedatangan pasien bersalin pada pukul 19.00 WIB. Ia pun berbagi tugas dengan perawat untuk mengecek kedua pasien.
Malam itu, lingkungan puskesmas yang biasanya sunyi berubah menjadi menyenangkan dan damai setelah terdengar suara gema takbir yang berkumandang dari seluruh penjuru Kota Bogor. Tidak lama berselang sekitar pukul 21.00 WIB, Titi kembali menerima pasien bersalin kiriman Bidan Praktek Mandiri yang sedang mudik.
Kekhawatiran mulai dirasakan bidan lulusan STIKES Bakti Pertiwi ini. Pasalnya dalam waktu bersamaan ia harus menangani satu pasien pasca melahirkan dan dua pasien akan melahirkan yang mungkin saja bersamaan. Tidak ingin terjadi resiko pada pasien, Titi segera menghubungi Bidan Nurma untuk sukarela membantu dirinya menangani persalinan dua ibu di malam takbiran.
Pada kedua pasien dan keluarga yang mendampingi, Titi dan Nurma sama-sama saling menguatkan agar tetap tenang dan tidak panik. "Pak, bu ini malam takbiran berdoa saja semoga bisa lahir dengan lancar, tanpa kendala dan bisa pulang cepat untuk menjalankan Salat Idul Fitri," ujar Titi.
Pukul 23.00, seiring dengan semakin terdengarnya kumandang Takbir, suara tangisan bayi dari ibu yang datang pukul 19.00 lalu pun memecah rasa cemas dan kepanikan menjadi kelegaan dan kebahagiaan yang tak terkira. Tak hanya sang ibu, ayah dan keluarga bayi, Titi, Nurma dan Made ikut senang sekalipun tenaga hampir terkuras. Dan Titi baru tersadar ia ternyata belum makan nasi sejak berbuka puasa tadi.
Sementara itu pasien lainnya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Padahal sudah sedari tadi sang ibu berusaha hingga tidak ada lagi tenaga. Maka bidan yang sudah bertugas 15 tahun di Puskesmas Tanah Sareal ini menyarankan pasien untuk dirujuk ke Rumah Sakit Pasutri untuk penanganan lebih lanjut.
13 jam bertugas piket dari malam takbiran hingga pagi menjelang hari raya Idul Fitri, Titi menyelesaikan semua laporannya untuk bergegas pulang dan menunaikan Shalat Ied. Semua pasien yang membuat ia berjibaku semalaman pun sudah pulang karena ingin berlebaran di rumah. Sebagai umat hindu yang tidak merayakan lebaran, perawat Made menawarkan diri untuk membantu laporan sang bidan agar Titi tidak terlewat shalat satu tahun sekali itu.
Sesampai di rumah, Titi yang sebelum piket tidak sempat menyiapkan jamuan lebaran dikejutkan dengan semua yang sudah dilakukan anak perempuannya Resti Jayanti (25). Rasa syukur atas dukungan dari keluarga yang sangat mengerti ritme kerjanya membuat ia semakin nyaman saat bekerja sekalipun dalam keadaan cuti bersama. “Bekerja juga kan ibadah apalagi membantu persalinan dan melihat kehidupan baru dari sang bayi sekalipun harus mengorbankan waktu bersama keluarga,” pungkas Titi sumringah. (fla/lani/humas Bogor)