SOLO - Demi keluarga, seorang ibu rela melakukan apapun. Hal ini pula yang dilakukan, Sutini (34), perempuan setengah baya asal Pacitan yang sehari-hari mendorong gerobag menjajakan air bersih dalam jerigen.
Pekerjaan itu dilakukan setiap malam demi mendapat tambahan biaya hidup keluarganya. Sekitar 10 jerigen berisi 20 liter sampai 30 liter air bersih dibawanya, meski malam itu gema takbir sudah berkumandang di kota Solo, daerah tempatnya mengadu nasib.
"Air ini saya jual untuk warung-warung makanan yang jualan di pinggir jalan," ujar Sutini yang tengah melepas lelah di pinggir jalan kawasan Gilingan Solo, sekitar pukul 21.00 WIB, (07/08) malam.
Sambil mengusap peluh yang bercucuran di wajah lusuhnya, sehabis mendorong gerobak berisi 10 jerigen air, Sutini mengaku biasanya berjualan hingga pukul 00.00 WIB. Hanya saja pada saat ditemui, belum semua jualan airnya laku. Ia berdiri di pinggir jalan untuk menghela napas sebentar sebelum mendorong lagi gerobaknya.
Untuk seorang perempuan dengan tubuh tanggung seperti Sutini, tentunya jerigen yang cukup besar itu sangat berat dipikul. Namun, ia tetap berusaha seorang diri di tengah malam untuk menjajakannya.
Sutini mengatakan ia menjual air untuk menambah penghasilan, karena suaminya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah Rp 35 ribu per hari. Itu pun jika ada yang mengajak suaminya bekerja. Jika tidak, suaminya menjadi buruh serabutan. Sementara dari menjual air tersebut, Sutini mendapat Rp 40 ribu per hari. Kecil memang, dibanding dengan tenaganya untuk mendorong keliling gerobak itu.
"Yang penting dikumpulkan untuk menambah biaya sekolah anak," tutur Sutini sambil tersenyum. Anak laki-laki satu-satunya saat ini tengah duduk di bangku kelas 2 SMP. Sutini menyatakan karena kehidupan yang pas-pasan, dirinya pun tidak berani memiliki anak lebih dari satu.
Untuk mudik saat Lebaran pun, dia mengaku, tak punya cukup uang. Akhirnya, ia dan keluarga kecilnya merayakan Lebaran di Solo. "Yang penting Lebaran. Ini juga masih banyak yang butuh air dari saya," tutur Sutini dengan nada datar. (TIM LIPMUDYANLIK).