Pin It

20210831 Melahirkan Kepemimpinan 2Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa, dalam Webinar Servant Leadership Berbasis Standar Pelayanan Prima dan Inovasi Flexible Working Space dalam Tatanan Normal Baru di Perguruan Tinggi, Selasa (31/08).

 

JAKARTA – Selain mencetak SDM unggul, perguruan tinggi juga diharapkan menjadi tempat lahirnya pemimpin yang memiliki jiwa melayani. Lahirnya pemimpin yang melayani dapat diawali dengan menciptakan budaya organisasi, dimana orientasi tenaga pendidik dan kependidikan adalah untuk melayani dengan cara pandang holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual sehingga dapat bekerja untuk kualitas dan integritas.

“Tujuan utama dari seorang pemimpin pelayan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pihak lain secara optimal serta menjadi motivasi utama kepemimpinan,” ujar Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa, dalam Webinar Servant Leadership Berbasis Standar Pelayanan Prima dan Inovasi Flexible Working Space dalam Tatanan Normal Baru di Perguruan Tinggi, Selasa (31/08).

Diah menjelaskan servant leadership atau kepemimpinan yang melayani muncul dari mereka yang memilik motivasi utama menolong orang lain. Didalam buku literatur Spears tahun 2002, terdapat sepuluh karakteristik servant leadership yang dapat diterapkan pada lingkup akademi, yakni mendengarkan, empati, penyembuhan, kesadaran, persuasi, konseptualisasi, kejelian, keterbukaan, komitmen untuk pertumbuhan, dan membangun komunitas.

Pada kegiatan yang diselenggarakan Universitas Brawijaya tersebut, Diah mengatakan terdapat dua model kepemimpinan, pertama kepemimpinan tradisional dimana seorang pemimpin itu memposisikan diri di posisi paling atas yang harus dilayani dan para pekerja berada pada posisi bawahan dan tidak terlalu penting. Model yang kedua adalah servant leadership yaitu pemimpin harus merendahkan diri pada level paling bawah dengan terlebih dahulu melayani. Artinya keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memimpin.

20210831 Melahirkan Kepemimpinan 1

Sebagai pihak yang memberikan layanan, perguruan tinggi juga diharapkan dapat terus berinovasi sebagai upaya menghadapi perubahan zaman, salah satunya melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dukungan sarana dan prasarana, serta penyesuaian lingkungan kerja. Tidak kalah penting, terciptanya kepuasan pengguna layanan yang dapat dilakukan melaui public hearing. Dengan hal tersebut tenaga pendidik dapat memperoleh masukan serta kebutuhan dari stakeholders pendidikan dalam rangka mewujudkan pelayanan publik prima.

Diperlukan transformasi besar untuk mewujudkan kepemimpinan yang melayani, dapat dilakukan dengan keluar dari zona nyaman dan beralih pada learning zone yang mengharuskan kita cepat beradaptasi dan pada akhirnya dapat memberi manfaat bagi orang lain. “Jangan menyerah untuk terus belajar karena sejatinya ASN harus terus berkembang jika tidak mau tergerus dan tertinggal,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Paristiyanti Nurwardani mengungkapkan adanya pandemi menuntut segenap unsur akademisi menerapkan sistem fleksibilitas kerja. Penerapan fleksibilitas kerja di perguruan tinggi memiliki keunggulan diantaranya pelayanan terhadap mahasiswa atau masyarakat tidak lagi terbatas jam kerja. Kemudian keunggulan lain adalah perguruan tinggi mampu bersaing mendapatkan akademisi terbaik dengan menawarkan fleksibilitas kerja sesuai dengan talen yang diinginkan.

Lebih lanjut, ia menyontohkan bahwa rektor Universitas Brawijaya serta segenap sivitas akademika telah menjadi pemimpin yang melayani, dimana setiap keputusan di perguruan tinggi tersebut selalu dilakukan secara kolektif dan kolegial. Kemudian menempatkan karyawan, dosen, mahasiswa dan stakeholder lain berada pada tatanan tertinggi sehingga kepuasan pelanggan merupakan ciri khas dari birokrat yang melayani. (byu/HUMAS MENPANRB)