JAKARTA – Tidak ada ragu yang terlihat dari dr. Martina Yulianti saat melangkahkan kakinya pada sebuah sampan. Ia menyusuri Sungai Mahakam untuk satu tujuan, memastikan sistem layanan kesehatan diterima secara maksimal untuk masyarakatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sebagai Kepala Dinas Kesehatan, ia selalu terjun langsung ke pusat kesehatan masyarakat yang tersebar di berbagai desa. “Memastikan sistem layanan kesehatan dapat berjalan maksimal kepada seluruh masyarakat membutuhkan energi yang cukup besar,” ungkap dr. Yulianti.
Tentu pengabdian pada bidang kesehatan bukan hal mudah, apalagi dengan luas wilayah Kutai Kartanegara yang mencapai 27.263 meter persegi, atau hampir 40 kali lebih luas dari DKI Jakarta. Kondisi geografis Kalimantan Timur berupa hutan hujan tropis serta bentangan Sungai Mahakam yang mencapai 980 kilometer pun menjadi tantangan tersendiri bagi dokter kelahiran 12 Juli 1971 tersebut.
Tantangannya kini diperberat dengan pandemi Covid-19 yang juga mempengaruhi banyak sektor di Kalimantan Timur. Namun berbagai tantangan itu tidak menghentikan langkahnya. Dikenal sebagai pribadi yang inisiatif, dr. Yulianti bersama timnya di RSUD AM Parikesit berhasil mengembangkan aplikasi Screening Covid-19.
Melalui aplikasi ini, seluruh hasil tes (rapid dan PCR test) diintegrasikan dalam satu sistem yang menjadi media komunikasi seluruh fasilitas kesehatan di Kutai Kartanegara. Dokter Yulianti juga mengembangkan aplikasi inventori Covid-19. Seluruh persediaan terkait penanganan pandemi, mulai dari alat pelindung diri (APD), bahan medis, hingga reagen, didata dan dikelola dengan baik.
Aplikasi tersebut sangat menunjang pendataan dan pelaporan logistik penanganan Covid-19 yang akan digunakan untuk kepentingan internal serta eksternal. “Sehingga pengelolaan dana penanganan Covid-19 dapat dijamin akuntabilitas dan transparansinya,” jelas dr. Yulianti.
Gerakan atau inovasinya tidak hanya pada penanganan Covid-19. Banyak inovasinya yang tidak hanya berbasis teknologi, tapi juga penyuluhan masyarakat dan perbaikan tata kelola organisasi. Dua hal yang selalu dipegang dr. Yulianti dalam pengabdiannya, adalah membangun budaya kerja serta memperbaiki tata kelola organisasi.
Baginya, dua agenda tersebut merupakan pintu gerbang dalam melakukan perubahan menuju perbaikan dalam segala hal, termasuk sistem layanan kesehatan. “Karena bidang kesehatan seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat maka dilakukan pembangunan budaya organisasi yang melayani,” ujarnya yang juga menjabat Plt. Direktur RSUD AM Parikesit.
Kepemimpinan dr. Yulianti tidak hanya dirasakan oleh pegawai internal Dinkes Kabupaten Kutai Kartanegara dan RSUD AM Parikesit, bahkan dirasakan pula oleh Kodim 0906/Tenggarong. Seperti diketahui, TNI juga menjadi salah satu stakeholder terkait penanganan Covid-19.
Dandim 0906/Tenggarong Letkol Inf. Charles Alling, mengungkapkan, dr. Yulianti mampu menerapkan seni kepemimpinan yang luar biasa. Charles menerangkan, secara vertikal, dr. Yulianti mampu memberi masukan kepada pimpinan dalam formulasi kebijakan. Sedangkan secara horizontal, dr. Yulianti mampu merangkul seluruh stakeholder untuk bekerja sama menghadapi wabah ini
“Peran dinas kesehatan dapat dilakukan sangat baik berkat sentuhan tangan dingin pemimpinnya, Dokter Martina Yulianti. Dan yang terpenting, beliau mampu melayani masyarakat,” ungkap Charles.
Peran dr. Yulianti juga terlihat pada penurunan angka stunting di Kutai Kartanegara. Pada 2018, kasus stunting berada pada angka 32,3. Penurunan terjadi pada 2019, yakni 20,12, serta tahun 2020 yang mencapai angka 16,19.
Bagi lingkungannya di Pemkab Kutai Kartanegara, dr. Yulianti adalah sosok aparatur sipil negara (ASN) yang reformis. Ia tidak pernah berhenti berpikir dan menginspirasi sekitarnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Do the best all the time,” tutup dr. Yulianti dengan moto hidupnya. (don/HUMAS MENPANRB)